{KyuHeyna_Story} HOPE # 4 The Dandelion & The Sunflower (Dandelion Part)

 

Pic Part 4

 

Title                             : {KyuHeyna_Story} HOPE # 4 The Dandelion & The Sunflower

: (# Dandelion Part)

Author                         : Sazshika_DeVya

Main Cast                    : Cho Kyuhyun

: Lee Heyna

Another Cast               :Lee Eunji (oc), Hwang jihyo (oc), Oh Jihoo (oc), Lee Shin (oc),Kang Minhyuk (oc), Kang Jinwoon (oc)

Genre                          : Romance, Friendship and Family

Rating                         : PG 15

Leght                           : Continue

Author Note               : Annyeong Yorobouen^^ jeongmal mianhae sazshi baru bisa publish ni ff sekarang. 2 minggu kemarin sazshi dalam kondisi badan yang mengharuskan sazshi untuk istirahat karena infeksi lambung T_T…so…so…mohon dimaapin yach eheheheheheh. Dan untuk part ke 4 ini, mungkin akan menjawab cukup banyak misteri yang selama ini masih sazshi sembunyikan tentang konflik dalam keluarga Heyna. Dimana disini sazshi akan membagi part 4 menjadi 2 bagian : Dandelion Part (Bagian pertama) & Sunflower Part (Bagian kedua). Okay, kayaknya gak perlu dech sazshi banyak bicara, langsung di read aja yach. Happy reading^^

 

“Seperti bunga dandelion, dia. . .mungkin tidak seanggun mawar dan tidak seharum melati, bahkan terlihat rapuh diluar dan mudah dihempaskan angin. Tapi, sedikitpun ia tidak akan pernah menyerah, ia akan selalu berusaha mencari celah untuk tumbuh kembali dimana angin menjatuhkannya setelah menerbangkannya. Meskipun jika itu diantara semak berduri, ditanah gersang, ataupun diantara himpitan bebatuan ditepi jurang. Ia tidak akan pernah takut dan akan tetap berjuang untuk kembali hidup, memberi warna untuk kehidupan barunya dan kembali menantang hembusan angin yang sewaktu-waktu akan kembali menghempaskannya. Dan dia. . .Lee Heyna. The Dandelion.”Cho Kyuhyun.
           “Seperti bunga matahari, dia. . .selalu tampak kuat dan memancar indah. Akan selalu berdiri tegak menantang dan berpegang teguh pada sang mentari yang diyakininya tanpa kenal lelah. Meskipun terkadang malam membuatnya kehilangan cahaya, tapi ia tidak akan pernah berpaling, ia akan tetap menghadap dan hanya memandang sang mentari, karena ia selalu tahu, cahaya yang diyakininya akan kembali muncul dan mengusir kegelapan. Memberi kehangatan dan melimpahkan sinar kepadanya, membuatnya semakin lebih kuat dan memancar indah. Dan dia. . .Cho Kyuhyun. The Sunflower.”- Lee Heyna.

 

Priview part sebelumnya. . .

“Dasar pengecut! Awas saja jika suatu saat kita bertemu! Ah, Na-ya apa kau tadi melihatnya, apa ka. . .”

            *PLAKKKKKKKK. . .!

            “Yak, kenapa kau menampar. . .”

            “Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan? Hal apa yang ingin kau coba lakukan padaku?” ucap Heyna dingin. Raut marah serta tatapan tajam terpatri jelas diwajahnya.

            “Apa maksudmu? Kau ini kenapa sih? Apakah kau tidak bisa melihat situasi? Aku hampir saja tertabrak dan kau malah. . .”

            “KATAKAN PADAKU! APA YANG SEBENARNYA SEDANG KAU RENCANAKAN!”

            “YAK, KENAPA KAU BERTERIAK! Kau ini kena. . .”

            “MENAWARKAN PERSABATAN DENGANKU, MENGAJAKKU MELIHAT HAL YANG KUINGINKAN, LALU KAU BERMAIN DENGAN MAUT DIHADAPANKU? APAKAH KAU BERNIAT MEMBUATKU DIANGGAP SEBAGAI PEMBUNUH UNTUK KEDUA KALINYA!”

            “MWO? Pembunuh? Apa maksud. . .”

            “Hentikan, aku tidak ingin mendengar apapun lagi darimu.” potong Heyna. Tanpa berucap apapun lagi, yeoja berambut hitam tersebut segera membalikan tubuhnya dan berlari menerobos hiruk pikuk jalanan.

           

“NA-YA!”

 

*Author Pov*

            Hiruk pikuk perayaan malam natal masih tampak mengalun riuh disetiap sudut jalanan raya Jeju. Suara terompet, dentang lonceng gereja, nyanyian gembira dan sorak-sorai antusias bergumul menjadi satu memecah kegelapan malam. Meskipun tetesan salju dan hembusan angin dingin masih senantiasa menghujam, tapi tak sedikitpun hal tersebut menghentikan kemeriahan perayaan tersebut.

Kontras dengan kemeriahan disekelilingnya, tampak seorang yeoja melangkah sendiri dengan wajah tertunduk. Rona pucat terpatri jelas diwajah manisnya. Tanpa memperhatikan kondisi disekitarnya, ia tetap melangkah dalam kebisuan meskipun berulangkali bahunya bertabrakan dengan pejalan kaki lainnya. Dalam benak dan fikiran yeoja tersebut hanya berisi satu hal, berisi satu orang, dan berisi satu kenangan yang sudah 2 tahun lebih selalu membuatnya terbangun dan terisak dimalam hari.

 

*Flashback On*

Jeju, November 14th 2012. . .

            “Oppa, oppa, OPPAAAA!” teriak Heyna begitu kedua kakinya memasuki sebuah kamar bernuansa biru langit.

            “Wae, wae?Ada apa, Na-ya? Kenapa kau berteriak-teriak? Dan…..apa sih yang baru saja kau lakukan? Kenapa seragammu kotor sekali? Kau berkelahi lagi ya?” jawab seorang namja seraya menatap penasaran sosok yeoja dihadapannya yang tak lain adalah adik kandungnya.

            “Aish, itu tidak penting oppa! Apa yang kukatakan ini 100 kali lipat jauh lebih penting!” jawab Heyna seraya melompat keatas ranjang dan duduk bersila dihadapan kakaknya.

            “Dengar, aku sudah menemukannya!”

            “Mwo? Menemukannya? Apa yang kau mak. . .”

            Dengan mata berbinar dan senyum mengembang Heyna segera mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya dan memperlihatkan sebuah gambar yang beberapa saat lalu ia bidik.

            “Taraaaaa! Bagaiamana, oppa? Am I right?”

            Kedua bola mata Lee Heyjin segera membulat saat menatap potret sebuah objek yang tengah disodorkan padanya.

dandelion-15281_640

            “Dandelion?”

            “That’s right, Dandelion! Dan….tentu saja sudah mekar.” sahut Heyna antusias dengan senyum lugu khas miliknya yang tak hentinya mengembang diwajah manis yeoja berumur 15 tahun tersebut.

            “Whoaaaaa, daebak! Bagaimana kau bisa menemukannya? Lantas mana dandelion itu? Kenapa kau tidak memetiknya?” ucap Heyjin tak kalah antusiasnya dengan sosok dihadapannya.

            “Ah, itu…aku tidak bisa mengambilanya, oppa. Tanganku terlalu pendek untuk menjangkaunya.”

            “Mwo? Memangnya dandelion itu ada dimana?” tanya Heyjin seraya menatap potret dandelion pada layar ponsel dalam gengaman tangannya dengan seksama.

            “Di bukit maple, terselip diantara bebatuan curam menurun. Aku melihatnya tanpa sengaja saat tadi kelasku mengadakan sesi belajar dialam terbuka.”

            “Di bebatuan curam menurun?”

            “Eung, dan apakah oppa tahu? Hanya ada dua dandelion disana, kurasa angin menjatuhkan sedikit benih dandelion disana saat ia membawa terbang benih-benih dandelion dari tubuh utama mereka.” jelas Heyna.

            “Tidak masalah, meskipun jika hanya satu oppa sudah sangat senang jika bisa mendapatkannya. Bukankah ini adalah bunga istimewa? Mengingat jarang sekali kita temukan dandelion yang sudah mekar karena angin sudah menerbangkan semua benihnya terlebih dahulu sebelum mereka mekar.”

            “Eung, oppa benar! Tapi oppa, apakah benar eomma sangat menyukai dandelion yang sudah mekar?”

            “Ne, eomma sangat menyukainya. Dandelion adalah bunga kesukaan eomma. Tapi bukan sembarang dandelion, dandelion yang eomma suka adalah dandelion yang sudah mekar. Dahulu saat kau masih kecil, oppa dan eomma pernah menemukan sekuntum dandelion yang sudah mekar di pinggir danau waktu kita berjalan-jalan. Saat itu eomma sangat kegirangan dan berulang kali berkata begitu beruntungnya ia karena bisa menemukan dandelion yang sudah mekar itu. Eomma bilang, dandelion yang sudah mekar adalah bunga yang sangat hebat. Bunga itu merupakan bukti bahwa sebuah perjuangan dan sifat pantang menyerah pasti akan membuahkan hasil, tak perduli dimanapun tempatnya dan bagaimanapun kondisi dimana ia tumbuh. Ia akan selalu berjuang untuk kembali hidup dan mekar meskipun berulangkali angin menerbangkan semua benihnya sebelum ia berhasil mekar. Ia akan terus berjuang sampai akhirnya ia bisa mekar dan memperlihatkan warna indah miliknya, menghiasi lingkungan baru disekitarnya dan membuat siapapun yang menatapnya tersenyum bahagia.” jelas Heyjin. Seulas senyum kembali merekah diwajah namja berusia 19 tahun tersebut.

            “Dan sejak saat itu, dandelion menjadi bunga kesukaan oppa pula. Bukan hanya dandelion yang sudah mekar, tapi oppa juga sangat menyukai dandelion yang masih berupa benih, dan tentu saja dandelion kecil dihadapanku.” lanjut Heyjin seraya mengacak gemas puncak kepala Heyna.

            “Aku?”

            “Eung, bukankah oppa pernah berkata padamu jika kau sangat mirip dengan bunga dandelion? Kau adalah anak yang sama sekali tidak mengenal rasa takut, meskipun kau harus berhadapan dengan lawan yang lebih besar darimu ataupun masalah sesulit apapun. Kau selalu berpegang teguh pada keyakinanmu dan berjuang sekuat tenaga. Dan tidak akan berhenti sampai kau berhasil memenangkan pertarungan ataupun meraih hal yang kau inginkan. Berbeda dengan sifat oppa yang pendiam, kau bisa hidup dan bergaul dimanapun kakimu berpijak. Senyum serta tawa riang selalu terpatri diwajah orang-orang disekelilingmu karena pancaran kehangatan serta sinar yang kau miliki. Selayaknya dandelion yang akan selalu memberi warna dimanapun ia tumbuh, entah itu diantara semak berduri, ditanah yang gersang, ataupun diantara bebatuan ditepi jurang. Dandelion akan tetap tumbuh dan berusaha mekar, membawa kehidupan baru, dan mewarnai lingkungan disekitarnya.” ucap Heyjin. Bersama, kedua sudut bibir kakak beradik tersebut kembali terangkat dan membentuk senyuman.

            “Whoa, aku sangat tersanjung oppa, kurasa setelah ini koleksi topi milikku tidak akan lagi bisa kupakai karena ukuran kepalaku bertambah besar.” ujar Heyna yang segera membuat Heyjin mencubit gemas kedua pipinya.

            “Aish, anak ini!”

            “Tapi, ini tidak adil oppa.”

            “Wae? Apanya yang tidak adil?”

            “Bukankah sudah jelas, pasti eomma sangat senang saat menerimanya nanti. Maksudku hadiah ulang tahun untuk eomma. Oppa sudah menemukan kado istimewa untuk eomma, lantas bagaimana denganku? Apa yang harus kuberikan? Untuk yang satu ini aku tidak mau kalah dari oppa.”

            “Hahahahahahah, Na-ya bukankah kau seharusnya sudah menemukannya juga? Kado istimewa yang tak kalah bagusnya dengan kado yang akan oppa berikan untuk eomma, hanya saja kau belum sepenuhnya mendapatkannya sebelum kau berhasil menjadi pemenang.”

            “Mwo? Apa maksud oppa?”

            “Medali emas! Bukankah 5 hari lagi kau mengikuti kejuaraan skating junior? Dan bukankah hari dilangsungkannya kejuaraan tersebut tepat dihari ulang tahun eomma?”

            “Ah, benar juga! Tapi oppa, apakah ini tidak terlalu sulit? Dikejuaraan itu akan banyak sekali athlete skating junior yang hebat. Apakah oppa fikir aku bisa menang?”

            “Tentu saja! Tentu saja kau bisa menang , bukankah kau adalah dandelion kecil oppa? Kau pasti bisa mendapatkannya, Na-ya. Kau hanya tinggal berlatih dengan giat dan berusaha sepenuh tenaga. Dan saat kau memenangkannya, bersama-sama kita akan memberikan dandelion mekar dan medali emas itu untuk eomma. Aratchi?”

            “Eung, arasseo oppa! Whoaaaa, apakah oppa tahu, belum-belum aku sudah membayangkan bagaimana bahagia dan senangnya eomma saat menerima hadiah ulang tahun dari kita. Aish, baiklah mulai hari ini aku akan menambahkan 1 jam lebih lama latihan skatingku. FIGHTING!”seru Heyna seraya mengepalkan kedua jemarinya.

            “Ne, FIGHTING!”

*********************

Jeju, November 19th 2012. . .

            “Sedikit lagi. . .” ucap Heyjin tertahan seraya berusaha sekuat tenaga mengapai seuntai dandelion yang tumbuh diantara bebatuan menurun dibukit maple.

            “Oppa, hati-hati!” seru Heyna. Raut cemas bercampur antusias terpatri diwajah yeoja yang kini tengah mengenggam erat sebuah medali emas ditangan kanannya.

            “Tenang saja! Oppa pasti akan mendapatkannya, dan harus mendapatkannya untuk eomma.” sahut Heyjin tanpa sedikitpun menoleh pada sosok adiknya dan tetap terfokus pada objek berwarna kuning.

            “Sedikit lagi….YAK, DAPAT!” seru Heyjin saat jemarinya berhasil meraih sekuntum dandelion. Namun, mendadak batu yang dijadikannya tempat berpijak longsor. “ARRRRRRRRRRRGGGGHHHH!”

            “OPPPPPPPPPPPPAAAAAAAAAAAAAAAA!” teriak Heyna seketika saat dilihatnya tubuh sang kakak terjatuh. “OPPPPAAAAAAAAAA!”

            “GWENCHANA!” teriak Heyjin. Sebuah keberuntungan, namja tersebut berhasil mengapai bebatuan dan mempertahankan tubuhnya sehingga ia tidak terjatuh kebawah. “Whoa, untung sekali hampir saja aku terjatuh.” lanjut Heyjin seraya menatap ngeri bebatuan curam menurun dibawahnya.

            “Oppa, cepat naik! Seru Heyna. Raut pucat serta butiran air mata meleleh dikedua pipi merahnya.

            “Akhirnya. .” ucap Heyjin begitu kakinya kembali berpijak ditanah landai di bukit maple. Ditatapnya sosok Heyna yang masih tampak pucat dan gemetar. “Na-ya, kau menangis? Waeyo, oppa baik-baik saja.”

            “Kukira..kukira oppa akan jatuh dan..dan meningalkanku. Aku takut sekali oppa. Aku benar-benar takut.” jawab Heyna tersendat. Kembali air mata mengalir dari kelopak matanya.

            Merespon pernyataan adiknya, Heyjin segera menghapus butiran air mata dikedua pipi Heyna dan menyungingkan sebuah senyum seraya membelai lembut puncak kepala adiknya tersebut yang ia ketahui selalu berhasil membuat sosok dihadapannya kembali tenang saat ia tengah resah ataupun sedih.

            “Na-ya, dengar! Oppa tidak akan pernah meninggalkanmu. Oppa akan selalu berada disampingmu saat kau membutuhkan oppa. Dan oppa akan selalu melindungimu. Karena itu, jangan khawatir. Aratchi?”

            “Janji?” sahut Heyna seraya menyodorkan jari kelingkingnya.

            “Ne, oppa janji!” balas Heyjin. Bersama, kedua kakak beradik tersebut saling mengaitkan jari kelingking mereka dan tersenyum.

            “Baiklah, lebih baik kita segera pulang dan memberikan hadiah ulang tahun untuk eomma. Kajja!”

            “Ne, kajja!”

****************

15 minutes later. . .

            “Kenapa bus-nya belum lewat juga?” gumam Heyna seraya menatap penuh harap tikungan jalan dihadapannya yang hampir tak terlihat karena tertutup kabut tebal. Digosok-gosokkannya kedua telapak tangannya untuk menghasilkan efek hangat karena cuaca dingin bulan november.

            “Na-ya, kemarikan tanganmu!” ucap Heyjin seraya melepas syal putih yang melingkar dilehernya.

            “Waeyo?”

            Tanpa merespon pertanyaan adiknya, Heyjin segera meraih kedua tangan Heyna dan melilitkan syal putih miliknya dikedua telapak tangan Heyna.

            “Oppa, na gwenchana! Oppa tidak per. . .”

            “Aniyo, kau tidak boleh kedinginan, Na-ya! Oppa tidak apa-apa jadi kau tidak perlu khawatir.”

            “Tapi, oppa. . .”

            “Na-ya, bukankah oppa sudah bilang oppa akan melindungimu? Oppa tidak ingin terjadi apa-apa padamu. Jadi, menurutlah pada oppa. Aratchi?”

            Seulas senyum merekah diwajah manis Heyna. “Oppa, gomawo! Oppa benar-benar jjang! Oppa adalah kakak terhebat didunia! Aish, tunggu saja sampai aku menceritakannya pada Jihyo, dia pasti akan iri saat mendengarnya, kekekekekeke.” ucap Heyna seraya terkekeh. Mengikuti sang adik, Heyjin terkekeh riang seraya mengacak gemas puncak kepala Heyna.

            Untuk beberapa saat kekehan serta celoteh riang saling bersahutan diantara kakak beradik tersebut, hingga tiba-tiba hembusan angin kencang menampar kedua tubuh makhluk yang saling duduk berhimpitan di bangku halte tersebut dan menghentikan tawa mereka.

            “Ahhhhhhhh…..dinginnnnn!” seru Heyna seraya memejamkan kedua bola matanya agar terhindar dari debu yang dibawa angin.

            “Ah, dandelion-nya!” seru Heyjin yang detik berikutnya segera bangun dan berlari mengejar hadiah ulang tahun yang akan ia berikan untuk ibunya tersebut yang terlepas dari gengaman tangannya karena hembusan angin.

            “Ah, oppa kau mau kemana?Tunggu aku!” seru Heyna saat dirasakannya sosok sang kakak beranjak dari sampingnya. Tanpa menunggu lama, ia segera bagkit dari duduknya dan menyusul Heyjin.

            “Oppa, ada apa?”

            “Dandelion-nya, angin kencang tadi menerbangkannya dari genggaman oppa.” jawab Heyjin seraya mengedarkan pandangannya dijalanan raya yang tertutup kabut. Ditajamkannya penglihatannya. “Dimana dandelion itu? Oppa yakin tadi angin menerbangkannya disekitar sini.” lanjut Heyjin seraya melangkah ketengah jalan.

            “Oppa, berbahaya! Cepat kembali, kabutnya terlalu tebal, bagaimana jika mendadak ada mobil atau bus yang lewat?” seru Heyna dari tepi jalan seraya memandang kearah tikungan jalan dan sosok Heyjin yang masih sibuk mencari dandelion secara bergantian.

            “Kau tenang saja dan tunggu oppa disana, Na-ya!”

“Tapi, oppa ini sangat berba. . .”

“Jangan khawatir! Bagaimanapun juga oppa harus membawa pulang dandelion itu dan memberikannya untuk eomma. Karena itu op. . .ahhh itu dia!” dengan antusias Heyjin segera berlari kearah tikungan jalan saat kedua bola matanya berhasil menemukan sekuntum bunga berwarna kuning tersebut.

            Mengikuti kakaknya, Heyna segera berlari mengejar Heyjin dari tepi jalan. Namun, detik berikutnya gerakan kaki Heyna segera terhenti saat sayup-sayup didengarnya deru mesin mobil menyapa daun telinganya.

            “OPPA KEMBALI! HEYJIN OPPA KEMBALI!” teriak Heyna dengan keras. Namun, seolah tak mendengarkan apapun Heyjin tetap berlari menuju tikungan dengan antusias.

            “OPPA AWAS! OPPA KEMBALI!OPPAAAAAA…..AWAAAAASSSSSS!”

Tepat disaat, sosok namja pewaris keluarga Lee tersebut hampir tiba diujung tikungan tempat dimana obyek yang semenjak tadi dicarinya terjatuh, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi mendadak muncul dari tikungan jalan.

            “OPPPPPPPPPPPPPAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!”

            *Diiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn…!BRUK!

*Flasback Off*

*BRUK. .

Tubuh Heyna segera terjatuh saat tanpa sengaja bahunya kembali bertabrakan dengan pejalan kaki lainnya.

“Ah, mianhae.” ucap seorang yeoja seraya membantu Heyna berdiri.

Gwe…gwenchana.” balas Heyna tersendat.

“Apakah anda sakit?” tanya yeoja pejalan kaki tersebut seraya menatap khawatir sosok Heyna yang kini tampak pucat sekali.

            “Aniyo! Na, gwenchana. Kamsahamnida!” jawab Heyna. Dengan cepat ia segera membungkukkan tubuhnya dan kembali melangkah menembus hiruk pikuk jalanan Jeju. Namun, selang beberapa detik langkah kaki yeoja bermarga Lee tersebut kembali terhenti saat kedua bola matanya menagkap pemandangan yang sudah dua tahun lebih ini terengut darinya. Tampak sebuah keluarga dengan anak laki-laki dan perempuan tengah melangkah riang seraya bergandengan tangan.

Oppa, kenapa kau mengingkari janjimu? Bukankah oppa bilang tidak akan pernah meninggalkanku? Bukankah oppa bilang akan melindungiku?” lirih Heyna.

Kembali, yeoja tersebut segera menundukan kepalanya dan mengigit ujung-ujung bibirnya sebagai usaha untuk menahan agar air matanya tidak tumpah. Tapi, tampaknya usaha tersebut sia-sia. Butiran air mata kini mengalir pelan dikedua pipinya yang terlihat pucat.

            “Oppa, kembali! Heyjin oppa, kemohon kembali padaku! Na, bogoshippo. . .”

*****************

 

10.16 KST at Lee House. . .

Ah, ahjusshi apakah kau melihat Heyna?” ucap Kyuhyun segera begitu turun dari motor. Dengan langkah cepat, ia menghampiri penjaga gerbang kediaman Lee tersebut.

“Heyna ahgasshi? Saya belum melihatnya kembali, bukankah ahgasshi pergi bersama Tuan muda?”

“Itu memang benar, tapi……” tanpa menyelesaikan ucapannya, Kyuhyun segera mengedarkan pandangannya ke jalanan gelap didepan gerbang rumah keluarga barunya. Tapi nihil, ia sama sekali tidak menemukan sosok saudara kembarnya tersebut.

“Tuan muda, apakah terjadi sesuatu?”

Aniyo, baiklah aku masuk dulu. Cepat kabari aku jika Heyna sudah pulang!” jawab Kyuhyun. Detik berikutnya ia segera berlari kedalam bangunan megah dihadapannya.

“Aish, dimana anak itu? Kenapa ia tiba-tiba marah dan menamparku?” gumam Kyuhyun seraya berlari menaiki tangga yang akan membawanya menuju kamar. Namun mendadak langkahnamja berusia 17 tahun 10 bulan tersebut terhenti saat tubuhnya menabrak sesuatu.

“Eommonim!”

“Kyuhyun-ah, kau sudah pulang?” ucap Eunji seraya membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel di mantel anak laki-lakinyatersebut. Seulas senyum lembut merekah diwajahnya.Seulas senyum yang selalu membuat Kyuhyun seolah kembali melihat sosok mendiang eomma-nya.

“Ah, ne tapi….”

“Tapi apa? Ada apa Kyuhyun-ah, apakah terjadi sesuatu dan dimana Heyna?”

“Ah, Heyna dia. . .” ucap Kyuhyun tertahan, entah mengapa ia memiliki firasat buruk jika mengatakan bahwa mendadak Heyna pergi dan meninggalkannya.

Waeyo Kyuhyun-ah, dan…astaga apa yang terjadi dengan lututmu?” dengan cepat Eunji segera berlutut dan memeriksa lutut putranya tersebut dengan seksama. Luka gores serta sisa darah terpahat jelas di lutut kanan Kyuhyun yang kini tak tertutup karena kain yang sebelumnya membungkus lututnya robek.

“Jinwoon ahjusshi, Jinhee ahjumma cepat kemari dan bawakan kotak obat!” seru Eunji, raut cemas terpatri diwajahnya. “Kyuhyun-ah, kita duduk dulu! Apa yang terjadi, kenapa lututmu berdarah seperti ini? Apakah kau terjatuh?”

“Ah, ini pasti karena mobil brengsek yang hampir menabrakku tadi! Kurasa lututku ter….”

Mworago? Kau, kau hampir saja tertabrak mobil?” potong Eunji. Kedua bola matanya kini tampak membulat .

“Nyonya Eunji, apakah ada yang terluka?” ucap Jinhee seraya ikut berlutut disamping Eunji dan menyerahkan kotak obat. Menyusul dibelakangnya, tampak Jinwoon mengedarkan pandangannya mencari sosok lain yang seharusnya ada bersama Kyuhyun.

“Jawab eomma Kyuhyun-ah, kau hampir saja tertabrak mobil? Apakah kau baik-baik saja? Apakah kau merasakan sakit dibagian tubuhmu lainnya?” lanjut Eunji seraya memeriksa setiap bagian tubuh Kyuhyun dengan cemas. Untuk beberapa saat Kyuhyun tampak terdiam. Dalam benak namja tersebut kini telah merutuki kebodohannya karena tanpa sengaja mengatakan bahwa ia hampir tertabrak mobil.

“Aish, na jeongmal pabo! Kenapa aku kelepasan mengatakan bahwa aku hampir tertabrak? Sudah pasti hal itu akan membuat eommonim cemas, dan…kemungkinan terburuknya ia akan memarahi Heyna karena hal ini. Aish, pabo!”

“Ah, itu tadi ada mobil yang menerobos lampu lalu lintas saat aku dan Heyna menyebrang jalan untuk membeli souvenir natal. Kurasa lututku sedikit tergores plat mobil itu. Tapi jangan khawatir, aku ba. . .”

“Bagaimana eomma tidak khawatir, kau anak laki-laki dan harapan kami Kyuhyun-ah.”

“Heynaahgasshi!” seru Jinwoon yang sontak membuat semua mahkluk diruang depan kediaman Lee tersebut menoleh seketika pada sosok yang baru saja muncul dari balik pintu. Tampak Heyna melangkah pelan dengan wajah pucat, kepalanya tertunduk seakan menghindari beberapa pasang mata yang kini tengah menatapnya.

“Na-ya, darimana kau? Apa yang kau lakukan, bukankah eomma sudah mengatakan padamu untuk menjaga adikmu?” tegur Eunji seraya bangkit dan menghampiri sosok putrinya tersebut.

Eomma, na. . .”

“Na-ya, tidak bisakah kau bersikap lebih dewasa? Tidak bisakah kau membuat eomma sedikit saja meletakkan harapan dikedua bahumu?” ucap Eunji dengan nada yang semakin lama semakin terdengar keras. Amarah kini terpatri jelas diwajahnya, yang kontras sekali dengan ekspresi lembutnya beberapa saat lalu.

“Nyonya Eunji, saya rasa Heyna ahgasshi sedang ti. . .” ucap Jinwoon yang segera terhenti saat dengan cepat Eunji mengangkat telapak tangan kanannya sebagai tanda agar kepala pelayan dirumahnya yang sekaligus merangkap sebagai pengasuh pribadi putrinya tersebut untuk tidak mencampuri urusannya.

“Jinwoon ahjusshi, kau tahu jika aku menghormatimu, jadi kumohon jangan membuatku berkata kasar padamu.” potong Eunji tanpa sedikitpun memalingkan wajahnya dari sosok yeoja dihadapannya yang kini kembali menundukkan kepalanya.

Eommonim, ini salahku. Aku yang terlalu antusias hingga tidak memperhatikan jalanan dihadapanku. Na-ya, dia tidak salah sama seka. . .” sahut Kyuhyun seraya bangkit dan menghampiri sosok Heyna. Namun, seperti halnya Jinwoon, ucapan namja tersebut segera terhenti saat dengan cepat Eunji menyela kalimatnya.

“Jinhee ahjumma, cepat antar Kyuhyun ke kamarnya dan obati lukanya. Pastikan jika setiap anggota tubuhnya baik-baik saja. Dan kau, Na-ya, ikut eomma keruang kerja sekarang juga!”

Shireo. . .” lirih Heyna. Dengan kepala yang masih tertunduk, ia tetap berdiri ditempatnya dan tidak beranjak sedikitpun mengikuti perintah ibunya.

Mworago? Na-ya, eomma tidak suka jika harus mengulang kembali ucapan eomma. Ikut eomma sekarang juga!” sahut Eunji seraya meraih lengan Heyna dan menariknya. Namun, detik berikutnya Heyna segera kembali menarik lengannya hingga terlepas dari gengaman Eunji.

Shireo, aku tidak bersalah. Aku tidak melakukannya, na. . .”

“Na-ya, neo. . .”

“Eommonim, ini bukan salah Heyna. Kubilang aku yang. . . .”

“JINHEE AHJUMMA TUNGGU APA LAGI CEPAT BAWA KYUHYUN KE KAMARNYA!” teriak Eunji.

“Tuan Muda, mari saya antar ke. . . .”

Shireo! Eommonim, dengar ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Hey. . .”

“Kyuhyun-ah, eomma mohon cepat masuk ke kamarmu.” potong Eunji. “Ikut eomma sekarang juga, Na-ya!” lanjutnya seraya kembali menarik lengan Heyna dan berbalik menuju tangga megah dihadapannya. Namun, seperti hal sebelumnya dengan cepat Heyna segera kembali menarik tangannya dan sama sekali tidak beranjak dari tempatnya.

“Shireo. . .” tolak Heyna kembali tanpa sedikitpun menatap sosok dihadapannya.

“Na-ya, apa yang kau lakukan? Apakah sekarang kau mulai melawan eomma?”

Animida. . .”

“Apa yang kau mau, Na-ya? Kenapa kau sama sekali tidak berubah, tidak bisakah kau sedikit bersikap lebih dewasa? Tidak bisakah kau belajar dari kesalahanmu?”

Animida. . .”

“Lantas apa, Na-ya? Apa yang kau mau…APA YANG KAU INGINKAN, NA-YA! APAKAHBELUM CUKUP BAGIKU SETELAH MEMBUAT HARAPAN EOMMA DAN APPA-MU HANCUR DAN SEKARANG KAU BERENCANA MEMBUAT HARAPAN TERAKHIR EOMMA DAN APPA-MU HILANG KEMBALI! JAWAB EOMMA, NA-YA!”

“ANIMIDA!” teriak Heyna, sorot kepedihan serta amarah terpancar jelas dikedua bola mata yeoja berusia 17 tahun 10 bulan tersebut. Sedang dihadapannya, Lee Eunji tampak terkejut saat tanpa diduganya, putrinya yang selama ini selalu terdiam dan menuruti perintahnya berbalik berteriak dan melawannya.

“Na-ya, kau. . .”

“ANIMIDA, NAEGA ANIMI. . . .”

*PLAAAKKKKKKKKKKKKKKK. . . .!

Eommonim!”

“Nyonya Eunji!”

Seru Kyuhyun, Jinwoon dan Jinhee secara bersamaan saatmendadak Eunji melemparkankan tamparannya tepat dipipi yeoja dihadapannya. Suasana hening mendadak menyelimuti ruangan megah dikediaman keluarga Lee tersebut. Dalam usaha terakhirnya untuk menahan butiran air mata yang hampir mengalir dari kelopak mata ibu beranak tersebut, baik Eunji dan Heyna saling meremas jemari tangan mereka masing-masing.

Eomma. . .sekali saja..sekali saja bisakah eomma mempercayaiku? Naega, animida. .aku tidak melakukannya…na..aku bukan pembunuh. .” lirih Heyna diiringi butiran air mata yang pada akhirnya berhasil mendobrak dinding pertahanan miliknya. Tanpa berucap apapun lagi, yeoja tersebut segera berlari meninggalkan sosok wanita dihadapannya yang kini masih terdiam ditempatnya.

“NA-YA!”

“Heyna ahgasshi!” bersama, baik Jinwoon dan Kyuhyun segera berlari menyusul sosok yeoja yang kini tengah berlari menaiki tangga.

“Nyonya Eunji. . .” ucap Jinhee yang masih setia menunggu sang majikan yang kini masih terdiam ditempatnya, raut pedih dan pucat terpatri jelas diwajah cantik kepala bedah Jantung Yongjin Medical tersebut.

“Jinhee ahjumma. . .apa yang telah kulakukan?” lirih Eunji tanpa membalikkan tubuhnya dan tetap terpaku ditempatnya seraya menatap pedih telapak tangan kanannya yang baru saja ia layangkan ke pipi anak perempuannya untuk pertama kalinya. “Bagaimana bisa. . .bagaimana bisa aku menampar Heyna? Kenapa aku. . . .”

“Nyonya. . .”

“Jinhee ahjumma, lebih baik kau susul Kyuhyun dan obati lukanya.” potong Eunji. Tanpa memandang sedikitpun pada sosok asisten pribadi yang juga adalah istri dari Jinwoon tersebut, Eunji membalikan tubuhnya dan melangkah pergi.

**********************

Dengan tangan kanan yang masih gemetar, Eunji memutar kenop pintu besar dihadapannya. Diraihnya salah satu figura yang terletak diatas meja kerjanya dan menatap pedih sosok gadis kecil yang tengah tersenyum ceria pada figura dalam genggaman tersebut.

“Apa yang telah kulakukan?” lirih Eunji. Kilasan kejadian beberapa saat lalu kembali menyerbu dalam fikirannya.

            “Na-ya, kau. . .”

            “ANIMIDA, NAEGA ANIMI. . . .”          

           *PLAAAKKKKKKKKKKKKKKK. . . .!

            “Eomma. . .sekali saja..sekali saja bisakah eomma mempercayaiku? Naega, animida. aku tidak melakukannya...na..aku bukan pembunuh. .

Kembali Eunji menatap telapak tangan kanannya yang masih tampak gemetar. Sebuah kesalahan baginya karena tanpa sadar telah melayangkan sebuah tamparan pada anak perempuannya. Dengan jemari tangan yang gemetar, diusapnya potret kecil Heyna dalam genggamannya.

tumblr_llxg5sIm1r1qctfhvo1_500_large

“Na-ya, mianhae…mianhae eomma tidak bermaksud. . .eomma hanya. . .” kalimat Eunji segera terhenti saat tanpa kuasa butiran air mata yang semenjak tadi ditahannya kini mengalir deras dikedua pipinya. Dalam benak wanita tersebut, berkecamuk penyesalan serta kepedihan yang sudah 2 tahun ini membuatnya menjauh dari satu-satunya anak perempuan yang dilahirkannya tersebut. Penyesalan karena pada hari ini ia telah mengoreskan luka pada hati putri kecilnya itu dengan sebuah tamparan yang tidak pernah sekalipun ia bayangkan akan pernah terjadi semarah apapun ia pada putrinya itu. Dan sebuah kepedihan yang selalu menghujamnya disaat ia harus menatap bayang-bayang tubuh Heyjin yang terbujur kaku saat ia menatap sosok Heyna, yang membuatnya menjauh dari putri kecil yang dahulu akan selalu berlari riang dan memeluknya saat muncul dihadapannya.

“Na-ya, eomma mianhae..eomma. . .eomma tidak pernah bermaksud melakukan semua ini. . .eomma. . .” isakan tangis kini mulai terdengar dalam ruangan besar disalah satu bangunan besar milik keluarga Lee tersebut. Seakan menumpahkan seluruh kepedihan yang selama ini menghujamnya, Eunji terisak keras seraya memeluk erat potret masa kecil Heyna.

Mianhae….mianhae….putri kecilku. . .”

Tanpa sepengetahuan Eunji, sepasang mata kini tengah menatapnya dari balik pintu ruang kerjanya. Kyuhyun hanya bisa terdiam menatap pemandangan pedih dihadapannya. Dalam benak namja tersebut berkecamuk berbagai pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga ini? Kenapa dua orang wanita yang pada dasarnya saling menyayangi seakan membatasi diri mereka dan saling menjauh?

“Eomma, sebenarnya apa yang telah terjadi dalam keluarga ini? Dan…apa yang harus kulakukan?” ucap Kyuhyun dalam hati. Merasa tidak ingin menganggu sosok ibunya dengan kemunculannya, Kyuhyun segera menutup kembali pintu dihadapannya dan melangkah pergi.

*Author Pov End*   

 

*Kyuhyun Pov*       

Kuhentikan langkah kakiku saat tiba didepan sebuah pintu kamar berwarna putih dengan hiasan beberapa bintang kecil ditengahnya. Kuberanikan diriku untuk meraih kenop pintu dihadapanku dan memutarnya pelan.

“Ahjusshi, aku akan membencimu. . .aku benar-benar akan membenci ahjusshi jika ahjusshi melakukannya!” gerakan kakiku segera terhenti saat hendak melangkah masuk kedalam kamar bernuansa biru langit tersebut. Dapat kudengar suara Heyna yang tampak putus asa.

“Tapi, ahgasshi mereka harus tahu yang sebenarnya. Sudah cukup anda menyembunyikan kenyataan tersebut. Ahgasshi, anda hanya akan semakin terluka dengan semua ini. Sampai kapan anda harus dianggap sebagai penyebab kematian Tuan Heyjin? Ahgasshi. . ,”

Ahjusshi. . .jebal. . .jebal na..bagiku hanya ahjusshi satu-satunya seseorang dirumah ini yang bisa kujadikan sandaranku saat ini. Karena itu, kumohon jangan membuatku kehilangkan sandaran tersebut karena harus membencimu.. .”

“Tapi, ahgasshi. . .”

Ahjusshi, dalam ingatanku masih terukir dengan jelas sosok eomma yang tampak pucat dan selalu menangis setiap ia membuka matanya setelah kepergian Heyjin oppa. Butuh waktu yang lama baginya untuk bisa kembali bangkit setelah kepergian Heyjin-oppa. Karena itu, bagaimana mungkin aku sanggup mengatakan kenyataan sebenarnya pada eomma? Mengatakan alasan yang sebenarnya kenapa kami pergi pada saat itu? Dan alasan kenapa Heyjin oppa berlari kegirangan tanpa memperhatikan apapun disekitarnya saat itu yang pada akhirnya membuatnya harus meregang nyawa. Bagaimana mungkin aku bisa, eomma…dia akan kembali bahkan berkali lipat menderita dan hancur. Na, shireo. . .aku tidak mau melihat orang-orang yang kusayangi harus menderita.”

“Tapi ahgasshi, bagaimana dengan anda? Bukankah anda juga bisa hancur?”

“Aniyo, aku tidak akan menyerah. Aku masih bisa bertahan dengan semua ini, dan akan selalu bertahan sampai pada akhirnya aku bisa kembali mendapatkan kasih sayang mereka.” ucap Heyna. Dapat kudengarkan nada getir terdengar disetiap kalimat yang ia lontarkan. Untuk beberapa saat keheningan tampak menyelimuti kamar bernuansa biru langit dihadapanku. Perlahan, kuberanikan diriku dan melangkah kedalam kamar tersebut.

Kuhentikan langkahku saat tepat berada dihadapan yeoja yang kini tampak terkejut saat mendapatiku dihadapannya. Dapat kulihat sisa air mata dikedua pipi-nya yang pucat.

“Na-ya, bisakah kita bicara?” ucapku.

Ahgasshi, Tuan muda saya mohon diri dahulu.” ucap Jinwoon yang berdiri tepat disampingku. Setelah membungkukkan tubuhnya, pengasuh Heyna tersebut segera melangkahkan kakinya dan menghilang dibalik pintu.

“Neo, gwenchana?” tanyaku kembali, tanpa sedikitpun menjawab pertanyaan yang kulontarkan, Heyna hanya terdiam dan menatap lurus padaku dengan pandangan yang tidak bisa kuartikan. “Mian, aku tidak bermaksud membuatmu. . .”

“Cukup.” potong Heyna. “Cho Kyuhyun, na gwenchana, karena itu kau tidak perlu meminta maaf padaku. Aku tidak akan menyalahkanmu atas hal yang baru saja terjadi, karena itu kumohon padamu lupakan segala hal yang beberapa saat lalu kita lalui, dan lupakan pula jika aku ada.”

“Mwo? Apa maksudmu dengan melupakan jika kau ada?”

“Lupakan keberadaanku, angaplah jika kau tidak pernah mengenalku, dan. .lupakan jika kita terlahir bersama didunia ini.”

“Tapi, Na-ya. . .”

Jebal, kumohon tinggalkan aku sendiri. Lupakan keberadaanku dan lupakan jika kau pernah mengenalku, karena aku juga akan melakukan hal yang sama.”

“Na-ya, kau kenapa sih? Apakah. . .”

“Keluar. . .jebal . . .”

Aku terdiam dan menatap tak percaya sosok yeoja yang kini tengah menatapku dengan pandangan pedih. Sebutir air mata mengalir pelan diatas pipinya. Untuk pertama kali aku sangat ingin memeluk sosok dihadapanku tersebut saat ini, menyuruhnya untuk menyandarkan dirinya padaku dan membagi apapun yang tengah ia tanggung seorang diri saat ini. Tapi, entah mengapa mulut dan tubuhku seolah terkunci dan hanya mampu menatap sosok lemah Heyna dalam diam.

Detik berikutnya, Heyna segera membalikan tubuhnya dan menghilang dibalik pintu balkon kamarnya.

Na-ya, mianhae….” lirihku pelan. Kurogoh saku celanaku dan mengeluarkan sebuah kotak berukuran kecil dari dalamnya. Sebuah hadiah natal kecil yang tanpa sadar kupersiapkan untuk seorang yeoja yang kuketahui adalah saudara kembarku tersebut.

Kuletakkan kotak kecilku tersebut diatas ranjang Heyna dan menatapnya untuk beberapa saat.

“Na-ya, mianhae...apapun itu..na, jeongmal mianhae. . .” lirihku kembali. Detik berikutnya, aku segera berbalik dan melangkah keluar.

***************

December, 25th 2014. . .        

“Inggris?” tanyaku pada sosok wanita dihadapanku yang kini tengah mengisi piring sarapanku dengan berbagai macam makanan.

“Ne, kita akan mengunjungi Jaeha dan merayakan natal disana bersamanya. Bagaimana, apakah kau setuju Kyuhyun-ah?” ucap eommonim seraya menyodorkan sepiring penuh sarapan untukku.

“Tentu saja, tapi apakah Heyna juga akan ikut?” tanyaku pelan, dapat kulihat eommonim segera menundukan kepalanya dan mulai menyibukkan dirinya dengan menata letak mangkuk-mangkuk berisi hidangan dihadapanku.

Ani, Na-ya tidak akan ikut. Dia, sudah berangkat ke Jepang 2 jam lalu saat kau masih tidur.”

Mwo? Jepang?”

“Ne, dia pergi kesana untuk mengunjungi kakekmu selama 3 hari setiap akhir bulan.” jawab eommonim.

“Ah, seperti yang dikatakan Jihoo dulu, Heyna selalu meminta ijin selama 3 hari setiap akhir bulan. Jadi, anak itu benar-benar pergi ke jepang untuk menemui kakek?” ucapku dalam hati mengingat hal yang pernah diungkapkan sahabatku tersebut 1 bulan lalu.

“Waeyo? Kenapa Heyna harus mengunjungi kakek selama 3 hari setiap di akhir bulan?” tanyaku penasaran.

“Ada hal yang harus dilakukannya disana.” jawab eommonim singkat dengan wajah yang masih tertunduk. Aneh sekali, entah mengapa aku merasa ada hal lain lagi tentang keluarga ini yang disembunyikan dariku.

“Baiklah, cepat selesaikan sarapanmu dan segera bersiaplah. 3 jam lagi kita akan berangkat, aku sudah menyuruh Jinhee untuk mengepak bajumu.” lanjut eommonim seraya bangkit dari kursinya. Setelah mengusap lembut puncak kepalaku, ia segera melangkah meningalkanku.

**************

“Hegh. . .” kuhembuskan nafas panjangku seraya menatap kosong serpihan salju yang turun dihadapanku. “Kenapa dia ingin aku melupakan keberadaannya?” ucapku mengulang kalimat yang dilontarkan Heyna kemarin malam. Sejak meninggalkan kamar saudara kembarku tersebut, fikiranku tak pernah lepas darinya. Banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk dikepalaku, dan yang paling membuatku penasaran adalah percakapan antara Jinwoon ahjusshi dan Heyna kemarin malam yang tanpa sengaja kudengar.

“Kenyataan sebenarnya tentang kematian Heyjin? Alasan kenapa Heyjin berlari kegirangan tanpa memperhatikan apapun disekitarnya saat itu yang pada akhirnya membuatnya harus meregang nyawa?” gumamku mengulang ucapan Heyna kemarin malam.

“Hmmmmm, sudah jelas ada hal yang tidak diketahui oleh eommonim dan aboeji tentang kematian Heyjin. Dan Heyna, entah apapun alasannya ia berusaha menyembunyikannya untuk membuat eommonim dan aboeji tidak merasa sedih.” simpulku.

“Hegh. . .”kembali kuhembuskan nafasku. “Kenapa dirumah ini banyak sekali teka-teki? Aish!”

Kuedarkan pandanganku kesekeliling halaman belakang rumah dan berhenti pada sebuah bangunan kaca yang terletak disudut halaman. Merasa memiliki hal yang dapat mengalihkan perhatianku sejenak dari hal yang berkecamuk dalam fikiranku, aku segera melangkah menuju rumah kaca.

“Apakah kau melihatnya? Nyonya Eunji menampar Heyna ahgasshi.”

Langkahku segera terhenti tepat disaat aku hendak melangkah masuk kedalam bangunan kaca dihadapanku. Tampak dua orang pelayan tengah menyiram tanaman hias dihadapan mereka dan tidak menyadari kedatanganku.

Mwo? Jinjjayo? Kasihan sekali Heyna ahgasshi.”

“Ne, semenjak kematian Tuan Muda Heyjin, nyonya Eunji berubah 180 derajat terhadap Heyna ahgasshi, nyonya terlihat sekali membenci ahgasshi dan tak jarang mengeluarkan kata-kata dingin padanya.”

“Kau benar, bagi Nyonya Eunji Tuan Muda Heyjin adalah putra kesayangannya, meskipun aku tahu jika dahulu ia juga sangat menyayangi Heyna ahgasshi, tapi aku tahu pasti jika kasih sayangnya pada Tuan muda Heyjin lebih besar. Karena itu ia merasa sangat kehilangan dan membenci Heyna ahgasshi setelah itu. Tapi, apakah itu tidak keterlalun jika Nyonya Eunji menyalahkan Heyna ahgasshi atas kematian Tuan Muda Heyjin? Bagimanapun juga Heyna ahgasshi adalah anaknya, tidak seharusnya ia berbuat demikian.”

“Entahlah, mungkin kita tidak pernah tahu sebelum kita menjadi seorang ibu. Tapi, apakah menurutmu cerita itu benar?”

“Cerita apa?”

Kutajamkan pendengaranku. Tanpa menimbulkan gerakan sedikitpun aku tetap berdiri didepan pintu dan berusaha mencuri dengar percakapan dua orang pelayan rumahku tersebut.

“Cerita bahwa Heyna ahgasshi adalah penyebab kematian Tuan muda Heyjin? Bukankah mereka bilang jika pada hari itu Heyna ahgasshi memaksa Tuan Muda Heyjin untuk membujuk Nyonya Eunji agar mereka berdua diijinkan pergi ke bukit. Mereka bilang jika Heyna ahgasshi ingin sekali melihat bunga matahari yang ia tanam disana pada hari itu.”

“Ne, itu benar. Karena pada saat itu aku dan beberapa pelayan lainya kebetulan sedang membersihkan ruang kerja Nyonya Eunji saat Tuan Muda Heyjin dan Heyna ahgasshi masuk dan meminta ijin padanya. Pada awalnya Nyonya Eunji melarang mereka dan menyarankan agar mereka pergi esok hari karena hari sudah sore dan akan banyak kabut disekitar bukit. Tapi, Heyna ahgasshi bersikeras dan memohon padanya agar diijinkan pergi. Dan pada saat itu Tuan muda ikut memohon pada Nyonya Eunji yang pada akhirnya disetujui. Dan karena itu, Nyonya Eunji menyalahkan Heyna ahgasshi, andai saja saat itu Heyna ahgasshi tidak bersikeras untuk pergi ke bukit, maka Tuan Muda Heyjin tidak akan pergi.”

“Kasihan sekali, kita doakan saja semoga keluarga ini bisa kembali seperti sediakala. Apalagi setelah kedatangan Tuan muda. . .”

“Tuan Muda Kyuhyun, apa yang anda lakukan disini?” aku segera terlonjak dari tempatku dan berbalik untuk melihat sosok yang baru saja mengagetkanku dengan sapaannya.

“Jinwoon ahjusshi, kau membuatku terkejut.” ucapku. Dapat kulihat dua pelayan yang sebelumnya tengah mengobrol beberapa saat lalu segera terdiam dan menundukan kepala mereka.

“Apa yang Tuan Muda lakukan? Bukankah sebentar lagi anda akan berangkat ke Inggris bersama Nyonya dan Tuan?”

“Ah, aku hanya berjalan-jalan sebentar dan menemukan rumah kaca ini, karena merasa penasaran maka aku kemari.” jawabku seraya masuk kedalam rumah kaca dan berpura-pura melihat-lihat beberapa pot bunga dihadapanku.

“Ah, jika begitu saya akan menemani Tuan.” ucap Jinwoon.”Dan kalian berdua, apakah kalian sudah menyelesaikan pekerjaan kalian?” lanjut Jinwoon ahjusshi seraya menatap dua pelayan dihadapannya.

“Ne, kami sudah menyelesaikannya.”

“Baiklah, segera kembali kedalam rumah dan kerjakan tugas kalian yang lain.”

“Ne, algeussimnida.” jawab dua pelayan tersebut. Setelah membungkukkan tubuhnya singkat ke arahku, dua pelayan tersebut segera melangkah pergi.

“Apakah Tuan muda menyukai bunga?” tanya Jinwoon.

“Entahlah, aku hanya. . .” ucapanku segera terhenti saat teringat tentang percakapan Heyna dan laki-laki dihadapanku saat ini serta obrolan dua orang pelayan beberapa saat lalu.

“Ahjusshi, bolehkah aku bertanya sesuatu?”

“Ne, silahkan Tuan muda.”

“Bagaimana Lee Heyjin meninggal?” tanyaku singkat. Dapat kulihat raut lembut serta senyuman yang sebelumnya menghiasi wajah Jinwoon ahjusshi mendadak lenyap.

“Bagaimana Tuan muda Lee Heyjin meninggal?” ulang Jinwoon.

Ne. Kau tahu, aku merasa ada hal yang aneh dalam keluarga ini? Kenapa sikap eommonim dan aboeji terlihat acuh pada Heyna, kenapa eommonim selalu mengatakan bahwa aku adalah harapan terakhirnya, apa maksud eommonim dengan mengatakan bahwa Heyna telah menyebabkan harapan eommonim dan aboeji hancur? Dan. . .apa maksud perkataan Heyna bahwa ia bukanlah seorang pembunuh? Entah mengapa aku merasa semua hal tersebut ada kaitannya dengan kematian Heyjin.” ucapku. Kutatap laki-laki dihadapanku yang kini terlihat sedikit terkejut dengan beberapa kalimat yang baru saja kulontarkan.

“Tuan Heyjin meninggal karena kecelakaan, tepatnya tertabrak oleh sebuah mobil.” jawab Jinwoon singkat. Untuk sejenak dapat kulihat raut sedih terpancar diwajahnya.

“Tertabrak mobil?”

“Ne, tertabrak mobil saat Tuan muda Heyjin dan Heyna ahgasshi pergi ke bukit.”

“Dan apakah benar kecelakaan tersebut terjadi karena Heyna? Maksudku karena Heyna bersikeras mengajak Heyjin untuk pergi ke bukit padahal pada saat itu kawasan bukit tertutup kabut tebal? Dan karena hal tersebut pula eommonim dan aboeji mengacuhkan Heyna dan menganggapnya sebagai penyebab kematian Heyjin?”

Kedua bola mata Jinwoon membulat seketika saat mendengar pertanyaanku.

“Tuan muda, dari mana anda mendengar hal tersebut?”

“Bukan dari siapa-siapa, jadi bagaimana apakah hal tersebut benar?” sahutku.

“Tuan muda Kyuhyun. Bolehkah saya sebelumnya berbalik bertanya kepada anda?” ucap Jinwoon. Kuanggukan kepalaku merespon pertanyaan pengasuh pribadi Heyna tersebut.

“Meskipun saya membenarkan pertanyaan Tuan muda tentang penyebab kematian Tuan Heyjin, apakah Tuan muda mempercayainya? Apakah menurut Tuan muda Heyna ahgasshi benar-benar penyebab kematian Tuan muda Heyjin?”

Untuk beberapa saat aku terdiam seraya menatap kumpulan dandelion yang ditanam ditanah yang disediakan khusus untuk tumbuhan tersebut dibagian sudut rumah kaca.

index

Kuhampiri kumpulan bunga berwarna putih tersebut dan berjongkok tepat didepannya.

“Ahjusshi, apakah kau tidak berfikir jika Heyna seperti dandelion? Tampak rapuh diluar tapi sebenarnya ia adalah bunga yang sangat kuat. Ia rela jika benih-benihnya dihempaskan angin demi membuat kehidupan baru yang nantinya akan memberi warna serta membuat hal disekelilingnya tampak indah? Ahjusshi, mungkin aku memang baru sebentar mengenal saudara kembarku itu. Dan sama sekali tidak mengetahui apa yang disukai ataupun dibencinya. Meskipun begitu, aku tahu jika Heyna bukanlah seseorang yang akan membahayakan orang-orang disekitarnya demi keinginannya. Seperti yang pernah ahjusshi katakan padaku. Bukankah bagi Heyna, keluarga adalah hal yang sangat penting baginya dan hal yang akan selalu ia lindungi agar mereka dapat selalu tersenyum dan merasakan kehangatan? Jadi, mana mungkin saat itu Heyna bersikeras mengajak Heyjin pergi ke bukit ditengah cuaca buruk hanya untuk melihat bunga matahari yang ia tanam disana?” ucapku. Detik berikutnya aku segera bangkit dan kembali melangkah menghampiri Jinwoon.

“Entah apapun itu, aku bisa merasakan ada hal yang disembunyikan Heyna. Tentang alasan sebenarnya kenapa pada hari itu ia dan Heyjin pergi ke bukit. Bagaimana Heyjin bisa tertabrak mobil. Dan segalanya ia lakukan agar eommonim dan aboeji tidak terluka. Seperti bunga dandelion yang akan merelakan benih-benihnya diterbangkan angin demi membentuk kehidupan baru dan membuat kebahagian disekitarnya meskipun ia akan kembali dihempaskan angin.” lanjutku. Untuk beberapa saat kami berdua terdiam. Hingga pada akhirnya seulas senyum kembali tersungging diwajah laki-laki tua dihadapanku.

“Tuan muda saya harap anda akan terus berfikir seperti ini. Dan, saya harap apapun yang terjadi anda tidak akan pernah meninggalkan Heyna ahgasshi dan merebut apapun yang menjadi hak-nya.” ucap Jinwoon. “Baiklah, saya harus segera pergi untuk memeriksa pekerjaan beberapa pelayan.” lanjut Jinwoon. Setelah membungkukkan tubuhnya padaku, pengasuh Heyna sekaligus kepala pelayan dirumahku tersebut membalikan tubuhnya dan pergi.

Kutatap kembali kumpulan dandelion diantara ilalang yang tertanam rapi dihadapanku. “Seperti bunga dandelion, dia. . .mungkin tidak seanggun mawar dan tidak seharum melati, bahkan terlihat rapuh diluar dan mudah dihempaskan angin. Tapi, sedikitpun ia tidak akan pernah menyerah, ia akan selalu berusaha mencari celah untuk tumbuh kembali dimana angin menjatuhkannya setelah menerbangkannya. Meskipun jika itu diantara semak berduri, ditanah gersang, ataupun diantara himpitan bebatuan ditepi jurang. Ia tidak akan pernah takut dan akan tetap berjuang untuk kembali hidup, memberi warna untuk kehidupan barunya dan kembali menantang hembusan angin yang sewaktu-waktu akan kembali menghempaskannya. Dan dia. . .Lee Heyna. The Dandelion.”gumamku.

“Mungkin, sebelumnya kau rela saat angin menerbangkan benih-benihmu dan mati, tapi tidak kali ini, Na…apapun itu aku akan berusaha melindungimu dan membuatmu mekar dengan warna indah yang kau miliki.”

Mengikuti jejak Jinwoon, aku segera berbalik dan melangkah keluar.

              “Na-ya, gidaeryo!”

TBC.

(Gimana? Udah tahu kan sekarang? Udah gak pusing n penasaran lagi kan?  Nah bagian yang kedua nanti sazshi akan mendiskripsikan apa yang ada di fikiran dan dari sudut pandang Heyna. Akankah Kyuhyun berhasil membuat Heyna luluh ataukah justru mereka berdua semakin menjauh? See you in Hope # 4 The Dandelion & The Sunflower – Sunflower Part. Kamsahamnidaaaaa^^)

24 thoughts on “{KyuHeyna_Story} HOPE # 4 The Dandelion & The Sunflower (Dandelion Part)

  1. Huhuhu, bikin mewek ceritanyaa ini:”
    Kenapa ada ayah sama ibu yg kayak gitu ya? Padahal heyna anaknya sendiri kan?
    Aaaa, mengerikan:(

  2. Kasihan heyna…mudah2 kyuhyun bisa membuat suasana dikeluarga kembali baik, orgtuanya tidak menyalahkan heyna lagi. Ditunggu ya lanjutannya

  3. Hikkkk…. hikkkk….
    Part ni bikin nyesek n brurai air mata,, mg z puasanya g makruh.
    Bknhkah heyna anak lee eunjin jg v knp dia seolah g nganggap hyena gt trlepas dri slh phm kmatian heyjin!? Knp jg jihwoon ahjusi slalu blg spy kyuhyun g merebut pa yg shrsnya hyena dptkn!? D tunggu next part n author fighting

    • nah…itu juga yang tadi bikin aku galau nge publish ni ff pagi2…soalnya aku tau klo tar bakalan bikin mewek trs takute pada bikin puasanya batal heheeheheheh…kenapa jinwoon selalu berkata demikin? Jawabannya mudah kok, bukankah ada suatu alasan dibalik suatu larangan? heheheeheheh…ditunggu aja yach

  4. Aduuh sedih banget heynanya, sabar ya heyna kamu pasti bisa! Kyuhyun pasti membantu mu! Ayoo kyu pecahkan tekatekinya hahahaha
    Ditunggu kelanjutannya segera😊😊

  5. Aku nangis masaa… Puasaku batal ga ya??..
    Uh! Seperti itu cerita sebenarnya?? Astaga kasian heyna. Kehidupannya menyedihkan sungguh. Mdh2an dgn adanya kyu bisa mengobati kesedihan heyna nantinya…

  6. aku nangis bacanya eaktu hyena ditampar kasia banget hidupnya. bagus banget thor ffnya dapet banget feelnyaaa. semangat thor lanjut ffnya !!

  7. Ya allah kenapa sebegtuu beratnya penderitaan heyna…
    Aduuch kyu cept laah kau bertindak,.jangan lama kyay siput..kshan heyna..
    Onnie mah udh suka banget bkin heyna tersiksa tntng mslh keluarga..hehe
    dtnggu kelanjtnya jngn lama-lama kakak…

  8. aigoo…like it..like it..like it…
    stiap perumpamaan kata2mu eonnie…
    keren, deabek, wow…
    saya suka..saya suka..
    akhirnya eonnie jabarkan juga yang sbenarnya,
    walaupun blum sepenuhnya….
    aihhh eonnie, segera akhirilah penderitaan hyena..
    harus happy ending pkoknya…
    #maksa dkit..kekeeke 🙂

  9. bener2 daebakkkkkk nih ff feelnya dapet banget, berasa kaya nonton film, sedih nya gak ketulungan……lanjutin di tunggu…

Leave a reply to tari dwi Cancel reply