May, 15th 2014 at Yogjin Medical University…
*Author Pov*
Tampak seorang yeoja tengah duduk termenung disalah satu bangku taman seraya menatap objek kecil dalam genggaman tangannya. Dalam diam, ia mulai membaca informasi yang terdapat pada belakang kotak berbentuk persegi panjang tersebut.
“Eotthokeh?” gumam Heyna setelah selesai membaca informasi. Nafas berat terhembus keluar dari hidung mancungnya begitu hal yang telah menganggu fikirnya hampir 2 minggu ini kembali menyeruak masuk.
Tanpa ia ketahui, seorang yeoja dengan perawakan tinggi berjalan mengendap-endap dari balik punggungnya. Dengan senyum evil yang tersungging di bibir manisnya, Jihyo mengangkat kedua tangannya tepat dibelakang heyna berniat mengejutkan sang sahabat. Namun, mendadak gerakannya berhenti setelah melihat objek dalam gengaman tangan Heyna yang seketika membuat kedua bola matanya membelalak lebar.
Dengan cepat, Jihyo merampas benda berbentuk persegi panjang dari tangan Heyna yang sontak membuatnya berbalik dan berteriak karena terkejut.
“YAK! Ya..kau gila ya?” seru Heyna seraya berusaha merebut kembali benda yang dirampas Jihyo.
“Pil KB?” tanya Jihyo dengan suara pelan setelah membaca keterangan yang tertera pada objek dalam gengamanya tersebut.
“Ani!” balas Heyna singkat seraya memasukan obat yang pagi tadi ia beli di apotek ke dalam tasnya. Seraya melancarkan death glare miliknya pada yeoja yang kini menyipitkan mata padanya, Heyna kembali duduk dibangku dan melipat kedua tanganya didepan dada. ” Ya, apa yang kau lihat Nona Hwang?”
“Jangan balik bertanya, Nyonya Cho! Katakan padaku untuk siapa pil KB itu?” jawab Jihyo seraya duduk disamping Heyna dengan tatapan menyelidik.
“Itu titipan temanku.”
“Teman yang mana, hah?”
“Kau tidak kenal, Hyo-ya! Ia satu jurusan denganku.” bohong Heyna.
“Geotjimal! Lantas kenapa saat ini kau berusaha keras menghindari tatapan mataku, Nyonya Cho? Kau fikir aku bisa termakan tipuanmu, hah? Aku sudah mengenal baik dirimu sejak SMP, Pabo!” ucap Jihyo seraya menjitak kepala sahabat baiknya tersebut.
“YAK! Kenapa kau memukul kepalaku?!
“Tentu saja karena kau bodoh! Cepat jelaskan padaku, apa lagi yang sekarang ada di otak lugu dan bodohmu itu!” ucap Jihyo dengan nada menuntut.
Untul sesaat Heyna tampak terdiam seraya menatap sebal yeoja disampingnya. Dalam benak yeoja berparas cantik tersebut tengah menimang-nimang apakah dia akan tetap mengelak atau berkata jujur pada sahabatnya sekaligus meminta pendapatnya tentang masalah yang tengah menganggu fikirannya tersebut.
“Ya, kenapa kau malah diam saja? Cepat beberkan padaku! Kau tau, saat ini kau terlihat seperti ahjumma yang tengah binggung.”
“Mwo? Ahjumma? Neo michiseo? Wajah muda dan cantik sepertiku kau sebut ahjumma? Kau rabun ya?” balas Heyna seraya menoel kening lebar yeoja dihadapannya.
“Sudahlah, kau tak perlu berbelit-belit Na-ya! Cepat katakan padaku kenapa kau membeli pil KB, hah? Apa kau belum siap memiliki anak?” tanya Jihyo. ” Atau…jangan-jangan Kyuhyun-oppa tidak menginginkannya?” lanjut Jihyo yang segera direspon gelengan kepala oleh Heyna.
“Ani, tapi entahlah. Aku juga tidak tau, kami berdua belum pernah sekalipun membahas tentang keturunan.” beber Heyna. Pada akhirnya ia memilih untuk membagi kekhawatirannya saat ini pada sahabat baiknya tersebut.
“Kenapa kau tidak bertanya? Tanyakan saja, jadi semua akan beres.” saran Jihyo yang direspon rengan hembusan nafas panjang oleh Heyna.
“Wae, wae? Kenapa kau menghembuskan nafas panjang? Jangan bilang kau juga malu untuk membahas tentang keturunan dengan suamimu seperti beberapa minggu lalu saat kau malu tentang bahasan hubungan intim, Nyonya Cho?” lanjut Jihyo yang segera dihadiahi dengan jitakan oleh Heyna.
“YAK, appo! Kenapa kau malah menjitakku?” rintih Jihyo seraya mengusap puncak kepalanya.
“Yak, kau gila ya? Kecilkan suaramu, pabo! Apa menurutmu pemberitaan miring tentangku dan Kyuhyun masih kurang, hah?” balas Heyna dengan sengit.
“Mian, aku lupa kalo kau ini masih menjadi musuh ribuan yeoja pengemar namja bernama Cho Kyuhyun karena telah menikahi dan mencurinya dadi pengemar setianya.” ucap Jihyo seraya nyengir dan memberikan V singn.
“Sekarang kau sudah sadar, hah?”
“Baiklah, jadi bagaimana? Sebenarnya apa yang sekarang kau risaukan? Dan apa rencanamu dengan pil KB itu?” tanya Jihyo kembali.
“Molla…”
“Kau ini kenapa sih?”
“Entahlah, aku binggung Hyo-ya. Kau tau sendirikan berapa usiaku sekarang?”
“Ya, lantas kenapa? 21 tahun itu sudah masuk usia orang dewasa. Baik kau dan Kyuhyun oppa sama-sama sudah dewasa dan kalian sudah menikah. Jadi apa yang membuatmu binggung?”
“Kau tau kan, Ahra noona memiliki anak kembar?”
“Lantas?”
“Kau tau juga kan jika Kyuhyun sangat menyayangi 2 keponakan laki-lakinya itu.”
“Terus?”
“Sudah jelaskan kan, berati dia pasti juga menginginkan anak.” jawab Heyna.
“Berarti dengan begini beres kan? Kenapa juga kau bing..tunggu sebentar. Jadi sebenarnya kaulah yang tidak menginginkannya, Nyonya Cho?”
“Ani…bukan begi..” belum selesai Heyna membalas pertanyaan, Jihyo kembali melontarkan petanyaan.
“Ya, apanya yang bukan? Wah..kurasa eomma, kakekmu dan Kyuhyun oppa pasti akan kecewa mengetahuinya.
“Ani, dengar dulu penjelasanku, Nona Hwang! Jangan seenaknya menyimpulkan sesuatu.” tutur Heyna. “Aku juga menyukai anak-anak, dan aku juga ingin memiliki sosok mini seperti diriku atau Kyuhyun. Tapi..”
“Tapi apa? Jangan katakan jika kau mengidap penyakit? Itu tidak benar kan, Na-ya?” potong Jihyo yang kini tampak khawatir.
“Ani, aku sehat Hyo-ya!”
“Syukurlah, kufikir kau tengah sekarat.”
“Ya…kau mau mati?”
“Ani, bukan ingin mati. Tapi ingin mendengar alasanmu. Jadi, apa masalahnya?” tanya Jihyo kembali.
“Kau tahu kan, saat ini aku masih kuliah.” awali Heyna yang segera direspon anggukan oleh Jihyo. “Bagaimana jika aku sampai hamil sebelum menyelesaikan kuliahku?” lanjut Heyna.
“Tidak masalahkan? Banyak mahasiswi yang masih tetap kuliah saat mereka hamil.” tutur Jihyo.
“Ara, aku tau itu. Tapi mereka bukan aku Jihyo-ya.”
“Maksudmu?”
“Kau tau sendiri kondisiku, aktifitasku. Selain kuliah, aku juga adalah pewaris satu-satunya kakekku. Usia kakekku sudah melewati batas pensiun, Hyo-ya. Aku tidak bisa menundanya lagi untuk segera mengantikannya.” jelas Heyna.
“Kau benar, Na-ya.” ujar Jihyo yang sekarang perlahan mulai paham permasalahan sahabatnya tersebut.
“Tentu saja aku juga ingin memiliki anak, tapi tidak sekarang. Aku tidak mau anakku harus tumbuh dengan kurangnya kehadiranku dan kasih sayang karena aku masih harus menyelesaikan kuliahku dan membantu kakekku disaat bersamaan. Jelas aku tidak akan sanggup menangani ketiga hal tersebut dan dapat membagi waktuku secara adil. Setelah kuliah aku harus menuju ke rumah sakit dan mulai bekerja membantu kakek sampai sore hari bahkan terkadang sampai malam. Dan setelahnya aku harus memgerjakan tugas-tugas kuliahku ketika pulang ke rumah. Jadi jika aku punya anak bagaimana aku bisa mengasuhnya? Aku tidak mau anakku harus menjadi korban ketidakmampuanku. Aku takut bagaimana jika nanti dia akan tumbuh besar seperti Minho? Kita tau sendiri bagaimana dingin, tertutup dan sedihnya Minho yang dibesarkan dengan kondisi kurangnya perhatian dan kehadiran orang tuanya.” jelas Heyna.
“Ara, kau benar Na-ya.”
“Meskipun setelah itu ia berubah menjadi sosok yang hangat setelah bertemu kita. Tetap saja aku tidak mau jika anakku harus merasakan hal tersebut. Sungguh seorang ibu yang tidak bertanggung jawab sekali jika aku hanya melahirkan anakku tanpa menemani masa perkembangannya.” lanjut Heyna.
“Ara, sekali lagi kau benar Na-ya.” timpal Jihyo.
“Selain itu, kau tau sendiri aku kuliah di jurusan kedokteran. Bagaimana aku bisa mengikuti kelas praktik radiologi jika aku sedang hamil. Jelas itu berbahaya untuk janin.”
“Kau benar, Na-ya.”
“Karena itu, kufikir jika ingin memiliki keturunan. Paling tidak aku harus menyelesaikan dulu kuliahku sampai aku mendapatkan gelar spesialis. Dengan begitu setelahnya aku hanya memiliki satu tugas untuk mengantikan kakekku. Di saat itu, murasa aku bisa membagi waktuku antara pekerjaan dan anak. Karena itulah, tadi pagi aku memberanikan diri untuk membeli pil KB. Tapi…” ucapan Heyna terhenti. Sekali lagi hela nafas panjang terhembus dari hidungnya.
“Waegurae, Na-ya?” tanya Jihyo.
“Aku takut, Hyo-ya.” jawab Heyna.
“Apa yang kau takutkan?”
“Bagaimana pendapat Kyuhyun tentang pemikiranku ini. Apakah dia akan bisa menerimanya? Kau tau sendiri ia sangat menyukai anak kecil. Bagaimana jika ia kecewa dengan keputusanku?”
“Coba bicarakan baik-baik dengannya, Na-ya. Mungkin Kyuhyun oppa akan bisa memahami kekhawatiranmu.”
“Kau tau semenjak kami menikah, Kyuhyun sekalipun tidak pernah memintaku ataupun menuntutku untuk mengikuti kemauanya. Justru akulah yang pernah memintanya seperti berjanji untuk tidak menyentuhku sebelum selesai kuliah. Dan yang kau tau ternyata itu teramat berat baginya hingga ia berusaha menghindariku untuk mengendalikan dirinya. Tapi, sekalipun ia tidak pernah mengeluh, meminta, ataupun menyerah untuk memenuhi janjinya. Baginya, jika ia bisa melakukan sesuatu yang bisa membuatku bahagia, itu sudah cukup. Karena dia merasa tidak bisa memberikanku kehidupan pasangan yang normal mengingat statusnya sebagai idol. Dan sekarang, apakah aku harus memintanya kembali untuk menuruti permintaanku? Apakah itu adil baginya? Mungkin dia akan setuju, tapi bagaimana jika sebenarnya ia kecewa padaku? Aku binggung sekali, Hyo-ya.”
“Tetap saja kau harus membagi pemikiranmu ini dengan Kyuhyun oppa, Na-ya. Ia berhak tau dan ikut memutuskan masa depan kalian. Komunikasi adalah kunci segalanya. Apa kau ingat bagaimana kacaunya aku, Minho, dan kau saat kita saling menyembunyikan perasaan masing-masing yang justru malah membuat kita tersiksa?” ucap Jihyo mengingatkan kondisi mereka beberapa tahun lalu. “Dengar, apapun nanti tanggapan Kyuhyun-oppa. Kalian harus tetap berkepala dingin. Dan kurasa, Kyuhyun oppa akan bisa menerimanya.” balas Jihyo.
Heyna tampak terdiam sejenak setelah mendengar saran sahabatnya tersebut. Dalam benak yeoja tersebut, masih menimang-nimang tindakan apa yang sebaiknya ia pilih.
“Hyo-ya, bagaimana jika karena harus selalu menuruti kemauanku membuat kyuhyun melayangkan gugatan cerai padaku?” ucap Heyna yang sontak membuat yeoja dihadapannya mendaratkan jitakan diatas kepalanya.
“YAK! Appo, kenapa kau malah menjitakku Nona Hwang!” seru Heyna seraya mengusap puncak kepalanya.
“Kau itu benar-benar bodoh ya? Kemana otak cerdas mantan siswi no.1 di seluruh penjuru Korea Selatan ini, hah? Apa perlu aku mengingatkan padamu seberapa besar suamimu mencintaimu,hah? Ingat bagaimana usaha dan pengorbannya untuk bisa berdiri disampingmu saat ini? Bahkan ia hampir kehilangan nyawanya karena menentang kakekmu. Tidak mungkin ia bisa menjauh darimu, Nyonya Cho.” tutur Jihyo.
“Ya, itu bisa saja terjadikan jika aku terus-menerus memintanya mengikuti kemauanku. Dan kau tau, aku tidak bisa jika harus kehilangan setan labil itu. Meskipun kami seringkali beradu argumen, dan saling menjahili bahkan berkelahi seperti anak kecil. Tapi aku sangat menyukainya, Hyo-ya. Jadi, aku sangat takut jika nantinya ia meninggalkanku. Eothokeh?” balas Heyna.
“Wah tak kusangka seorang Cho Heyna yang sangat mandiri dan memiliki kadar gengsi tingkat tinggi dalam dirinya mengakui jika ia takut kehilangan seseorang karena terlalu menyukainya.” ucap Jihyo seraya bertepuk tangan.
“Ya, kau jangan memperolokku Nona Hwang!”
“Pokoknya, kau coba diskusikan dulu dengan Kyuhyun Oppa. Bagaimana nanti tanggapannya kita diskusikan lagi. Ingat kau memiliki sahabat baik dengan kecerdasan tingkat tinggi sepertiku. Dan tentunya juga sangat cantik.” ujar Jihyo seraya menyibakkan rambutnya yang sukses membuat mulut Heyna mengangga lebar.
“Kau mau kutemani ke bangsal psikiatri? Kuliahku baru akan mulai 1 jam lagi.” ucap Heyna yang sukses membuat Jihyo membelalakan kedua bola matanya.
“Ya, kau fikir aku gila!”
“Syukurlah jika kau sadar, Nona Hwang!”
“YAK! Neo!”
“Ara, kau memang cantik Hyo-ya. Aku akui itu.” ucap Heyna seraya meberikan V sign.
“Nappeun!”
“Hyo-ya!
“Wae?”
“Gomawo, chingu-ya. Kau tau, aku sedikit merasa lega setelah bisa membagi kekhawatiranku padamu.”
“Sama-sama. Kau tau, kau selalu bisa mengandalkanku Na-ya!” balas Jihyo seraya tersenyum lembut pada sosok Heyna yang segera ikut meyunggingkan senyum manisnya.
“Kajja, aku lapar sekali Nyonya Cho!”
“Hari ini aku yang bayar, Nona Hwang!”
“Aye, Roger!”
Berdua, yeoja berambut panjang tersebut melangkah beriringan menuju tempat dimana mereka bisa menghilangkan rasa lapar.
*Author POV End*
07.35 at Kyuheyna Apartement PH Floor…
*Heyna POV*
Kutatap punggung namja yang saat ini tengah duduk didepan layar TV menekuni game PS. Sesekali ia beseru kegirangan ketika hero yang ia mainkan berhasil membunuh musuh.
“Kyuhyun-ah, kau mau strawberry?” seraya meletakkan piring terakhir yang telah selesai ku cuci dan ku lap kedalam lemari penyimpanan. Beberapa saat lalu pada akhirnya kami bisa makan malam bersama setelah seminggu lebih kami absen dengan rutinitas tersebut. Dalam sebulan, bisa dihitung dengan jari berapa kali kami bisa makan malam bersama. Schedule Kyuhyun yang luar biasa padat bisa membuatnya hampir selalu pulang diatas pukul 11 malam bahkan tidak pulang sama sekali karena harus terbang ke luar kota ataupun luar negeri.
“Ani, aku sudah terlalu kenyang.” balas Kyuhyun tanpa menoleh dan tetap fokus menghabisi musuh yang hampir saja memukul kepala hero yang ia mainkan.
“Apa sebaiknya ku katakan sekarang?” ucapku pelan mengingat hal yang tadi siang telah ku diskusikan dengan Jihyo. Perlahan aku melangkah mendekati namja yang kini sudah 8 bulan lebih menjadi suamiku.
“Duduk kemari, Nona labil!” pinta Kyuhyun seraya menepuk pahanya yang kini tengah duduk bersila. Namja ini tiba-tiba sering sekali berprilaku romantis padaku setelah malam dimana kuserahkan diriku seutuhnya padanya.
“Apa yang kau lihat, ppali kemari!” perintahnya seraya menepuk pahanya kembali.
“Apa kau tidak akan terganggu jika aku duduk dipangkuanmu? Bisa-bisa heromu kalah karenanya.” balasku.
“Kau terlalu memandang rendah seorang master game sepertiku , Na-ya. Ingat, aku ini Cho Kyuhyun. Namja dengan tingkat kecerdasan rata-rata dan tentu saja sangat tampan, mana mungkin aku akan kalah hanya karena kau duduk dipangkuanku.” deklarasi Kyuhyun yang sontak membuatku berdecak.
“Cih, sampai kapan kau akan selalu menolak kunjungan ke bangsal psikiatri? Penyakit narsismu itu sudah tidak tertolong, Tuan labil.” balasku.
“Yak, kau mau mati Nona labil!” ucap Kyuhyun seraya melirik sengit padaku
“Ani, aku mau duduk diatas pangkuan suamiku.” balasku datar seraya melepas sandal rumahku dan duduk diatas pangkuanya.
“Hmmm..harum sekali.” ucap Kyuhyun seraya memelukku dan meletakkan dagunya diatas pundak kananku. “Kau tau, aroma tubuhmu benar-benar khas dan membuatku ketagihan dan selalu merindukannya.” lanjutnya seraya tetap memainkan jemari tangannya diatas stik PS.
Untuk beberapa saat aku terdiam menimang-nimang kapan waktu yang tepat untuk mendiskusikan tentang keturunan dengan Kyuhyun.
“Kau kenapa? Apa yang sedang kau fikirkan di otakmu saat ini? Jangan ragu, cepat katakan padaku, Nona labil.” tutur Kyuhyun yang sontak mebuatku menoleh kebelakang.
“Whoa, bagaimana kau bisa tahu?”
“Kau lupa suamimu ini, Nona Labil! Perlu ku ingatkan lagi jika aku ini namja dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata! Tertulis dengan jelas di keningmu jika kau sedang bimbang, Nyonya Cho!” balas Kyuhyun.
“Cih, dasar narsis!”
“Jadi cepat, ungkapkan semua apa yang menganggu difikiranmu!” pinta Kyuhyun seraya meletakkan stik PS dalam gengamannya.
“Ehm..Kyuhyun-ah.”
“Wae?”
Perlahan aku turun dari pangkuan Kyuhyun dah duduk bersila tepat dihadapanya.
“Kyuhyun-ah, kau tau..jika..” awalku.
“Wae?”
“Kau tau, sekarang kita sudah…sudah..melakukan..melakukan itu..”
“Melakuakan itu apa?”
“Itu..yang sering kau minta jika malam.” balasku seraya menduduk karena malu.
“Ah, maksudmu peperangan diatas kasur?” tutur Kyuhyun seraya terkekeh. “Ya, sampai kapan kau akan bertingkah malu seperti ini jika tengah membahas hal dewasa.” lanjut Kyuhyun seraya mengacak pelan rambutku.”
“Entahlah, aku ini gadis Tuan labil! Tentu saja aku memiliki rasa malu!”
“Ya, kau itu sudah bukan gadis Nyonya Cho! Ingat, aku sudah menidurimu!” timpal Kyuhyun dengan nada seduktif
“Ya…kau tidak perlu memperjelasnya Tuan Cho! Aish!”
“Sudahlah, apa sebenarnya yang ingin kau katakan. Ungkapkan semuanya dan tidak perlu takut. Kau tau, aku akan mendengarkanmu Nyonya Cho.” ucap Kyuhyun seraya kembali mengacak pelan rambutku.
“Berjanjilah untuk tidak marah setelah mendengarnya, ani jika kau mau marah itu juga tidak apa-apa, sejujurnya kau memang pantas marah.”
“Ya..ya..apa maksudmu? Apa kau diam-diam mengerjaiku? Atau jangan-jangan kau berbuat gila dibelakangku, Nona labil!”
“Ya, aku bukan yeoja serendah itu Cho Kyuhyun!”
“Ara, aku hanya bercanda. Jadi apa yang seharusnya membuatku marah itu?”
Untuk ke sekian kalinya aku kembali terdiam seraya mengumpulkan keberanian untuk mengemukakan keganjalan dalam hatiku pada namja dihadapanku.
“Katakan saja, aku janji tidak akan marah.”
“Ani, kau berhak marah Kyuhyun-ah. Sudah sepantasnya kau marah.” jawabku pelan seraya kembali menundukkan kepalaku. Saat ini aku terlalu takut menatap kedua bola matanya.
“Kubilang aku janji tidak akan marah, Nona labil. Jadi jangan menundukkan kepalamu dan cepat katakan apa yang kau sembunyikan dariku.”
“Kau tau, kita sudah melakukan hubungan intim kan. Dan kau pasti tau konsekuensi dari aktivitas tersebut.” Kyuhyun sontak membulatkan kedua bola matanya sebagai respon dari ucapkanku.
“Na-ya, apakah kau hamil?” ucap Kyuhyun yang segera kurespon dengan mengelengkan kepalaku.
“Ani, tapi apa yang ingin kudiskusikan ini ada kaitannya dengan konsekuensi dari hubungan itu.” balasku.
“Apa kau ingin menunda untuk memiliki anak?” tebak Kyuhyun yang sukses membuat jantungku berdegup kencang.
“Kau tau, saat ini aku masih berkuliah. Aku juga masih harus membantu kakek. Jadi..jadi kurasa aku belum siap jika harus memiliki anak. Aku tidak bisa jika harus menunda kuliah dan menunda mengambil alih usaha kakek. Beliau sudah seharusnya pensiun. Jika aku memiliki anak sekarang, aku takut tidak bisa menemani tumbuh kembangnya kelak karena kesibukanku. Aku tidak mau menjadi sosok orang tua yang tidak bertanggung jawab. Aku takut jika nantinya ia tumbuh menjadi pribadi yang dingin seperti Minho dulu. Aku tau pasti efek pertumbuhan anak jika kekurangan perhatian dan kehadiran orang tuanya melalui Minho. Setidaknya, aku harus menyelesaikan kuliahku dulu. Dengan begitu, aku tidak akan terlalu sibuk dan dapat membagi antara pekerjaan dan rumah.” jelasku seraya menatap takut Kyuhyun.
“Aku tau, kau sangat menyukai anak-anak. Dapat terlihat bagaimana kau sangat menyukai anak Ahra-noona. Tapi, posisiku saat ini..”
“Ya, apa kau bodoh!” potong Kyuhyun. Perlahan ia menarik jemariku dan mengenggamnya. “Kau takut aku akan marah karena hal ini?” lanjutnya.
“Ne, kau kan sangat menyukai anak-anak. Tapi, kau tidak beruntung menikahi yeoja sepertiku yang memiliki tanggung jawab yang berat ini. Mianhae Kyuh…” ucapanku terhenti saat dengan cepat Kyuhyun menempelkan jari telunjuknya pada bibirku.
“Jangan pernah mengatakan hal seperti itu Na-ya! Dengarkan baik-baik. Aku hanya akan mengatakannya sekali dan camkan itu.” potong Kyuhyun.
“Menikah denganmu adalah keputusan terbaik yang pernah kubuat dalam hidupku. Sebuah keberuntungan yang sangat besar karena aku bisa memilikimu dalam hidupku. Memiliki yeoja yang dapat selalu melengkapi segala kekurangan yang kumiliki tanpa aku harus memintanya. Dan yang akan selamanya menjadi rumahku untuk kembali.” lanjut Kyuhyun.
“Tapi, aku selalu membuatmu harus menerima keinginanku sepihak bahan terkesan memaksakanya padamu. Aku..”
“Na-ya, dengar! Aku tidak pernah sekalipun merasa terpaksa ataupun tertuntut karenamu. Aku paham betul akan posisimu dan posisiku. Memang benar aku sangat menyukai anak-anak. Apalagi jika itu adalah anakku sendiri. Sangat menyenangkan melihat versi mini dirimu ataupun diriku dalam kehidupan kita. Tapi, seperti halnya dirimu. Aku tidak mau menjadi orang tua yang tidak bertanggung jawab dan egois karena kesibukanku. Dengan schedule pekerjaanku hingga 5 tahun kedepan, teramat sulit bagiku untuk menemani tumbuh kembang seorang anak. Seperti hal nya yang kau fikirkan, aku tidak mau anakku kelak harus kekurangan kehadiranku. Aku ingin selalu ada dan bisa diandalkan oleh istriku kelak saat ia tengah mengandung anakku. Aku ingin setiap malam bisa menyanyikan lagu atau mebacakan dongeng pada anakku. Dan untuk sampai pada tahap itu, setidaknya aku harus menyelesaikan masa kontrak kerjaku yang masih 5 tahun lagi. Aku ingin memperbarui kontrak dengan kegiatan yang tidak terlalu padat agar bisa memiliki waktu yang cukup untuk menemani keluarga kecilku.” jelas Kyuhyun yang sukses membuat air mataku mengalir pelan dadi kedua pelupuk mataku karena terharu dan lega.
“Wae, kenapa kau menangis?” ucap Kyuhyun seraya mengusap air mataku.
“Kufikir kau akan marah. Kau tau, 1 minggu lebih aku selalu mengkhawatirkan hal ini. Setiap aku ingin mengatakannya, selalu kutelan kembali kata-kataku karena takut akan membuatmu marah.” jawabku.
Dengan lembut, Kyuhyun menarik lenganku dan membimbingku untuk kembali duduk dipangkuannya. Dengan kedua lengan kekarnya, ia merengkuh tubuhku kedalam pelukan hangatnya yang selalu sukses membuatku merasa tentram dan aman.
“Pabo, bagaimana aku bisa marah jika yang kuhadapi anak labil sepetimu. Kau tau, aku sangat mencintaimu Na-ya. Dari saat aku megucapkan janji suci pernikahan kita,disaat itu pula aku berjanji akan menerimamu dalam segala kondisi apapun. Aku tau pasti posisi dan tanggung jawab beratmu. Justru aku yang merasa menuntutmu untuk menerima keadaanmu. Karena status dan schedule ku sebagai seorang Idol, aku tidak bisa mengajakmu berkencan dengan bebas seperti pasangan sebagaimana mestinya. Aku sering meninggalkanmu seorang diri dirumah karena harus terbang keluar kota ataupun keluar negeri. Bahkan, hanya untuk sekedar makan malam sederhana dirumah bersama pun aku jarang sekali bisa mewujudkannya. Bagaimana bisa aku memaksakan untuk memiliki anak disaat untuk bisa menemanimu aku hampir tidak bisa. Sungguh egois dan kurang ajar sekali jika aku memaksakan untuk memiliki anak.”
Kulingkarkan kedua lenganku pada leher Kyuhyun dan menyadarkan kepalaku pada dada bidangnya.
“Ani, kau bukan namja egois ataupun kurang ajar. Kau adalah seorang namja bertanggung jawab yang telah kunikahi.” ucapku. “Kau tau, aku juga sangat mencintaimu. Karena itulah, aku takut jika apa yang kuminta akan membuatmu marah dan menceraikanku nantinya.” lanjutku yang dengan segera dihadiahi jitakan oleh Kyuhyun.
“Yak, pabo. Apa sih isi otakmu? Bisa-bisanya kau berfikir tentang perceraian! Jangan pernah berfikir dan menyebut kata itu selama aku masih hidup, Nyonya Cho! Aku tidak akan pernah melepaskanmu sekalipun kau lari dariku. Camkan itu!” ujar Kyuhyun seraya kembali mejitak kepalaku dengan gemas.
Perlahan dapat kurasakan kekhawatiran yang telah mengangguku 1 minggu lebih ini meniggalkan fikiranku.
“Kau tau, tadi pagi aku pergi ke apotek dan membeli pil KB, tapi aku terlalu takut untuk meminumnya. Aku takut bagaimana tanggapanmu tentang hal ini sampai-sampai aku membuangnya tadi sore.”
“Ya, kenapa kau membuangnya. Kau kan bisa menyembunyikannya dulu. Kau itu bodoh ya?”
“Ani, kaulah yang bodoh karena mencintai orang bodoh ini.” balasku tak mau kalah. Namun tak urung detik berikutnya seulas senyum tersungging dibibirku saat kurasakan kecupan lembut mendarat dipuncak kepalaku.
“Ne, kau benar. Aku sangat mencintai anak bodoh ini.”
“Aku tau, kau tidak akan mungkin bisa menghindar dari pesonaku, Tuan labil.”
“Ara, aku tidak akan bisa menyukai orang lain jika dia bukan dirimu.” ucap Kyuhyun seraya kembali megacak rambutku dengan gemas.
“Kau harus berjanji padaku, jika kedepanya ada hal yang menganjal dihatimu. Kau harus segera mendiskusikannya denganku. Jangan berusaha memendamnya terlalu lama, Nona labil. Kau jangan takut dan segera komunikasikan padaku.” lanjut Kyuhyun.
“Ne, aku janji.”
“Nice!”
“Kyuhyun-ah.”
“Em?”
“Gomawo.” ucapku seraya menegakkan kepalaku. Detik berikutnya kekecup singkat pipi sumaiku tersebut.
“Apakah hanya ini yang kudapat setelah deklarasi panjangku tentang bagaimana aku mencintaimu, hah?” protes Kyuhnyun.
“Ah, baiklah. Bagaimana dengan ini.” jawabmu seraya mendekatkan wajahku pada Kyuhyun dan mengecup bibirnya. Tepat disaat aku mulai menarik bibirku. Dengan cepat ia segera memegang belakang kepalaku dan mulai menciumku.
Untuk beberapa saat bibir kami saling bertautan. Dapat kurasakan jemari tangan Kyuhyun mulai menyusup masuk kedalam kaosku. Dan perlahan mengusap lembut perutku.
“Aku tidak tahan lagi. Ucap Kyuhyun mengakhiri ciuman kami. Detik berikutnya ia berdiri seraya membopong tubuhku ala bridal style. “Ayo kita pindah ke kamar.” lanjutnya
“As your wish, Tuan Cho.”
Dengan senyum lebar yang menghiasi wajah tampannya. Ia segera berjalan ke kamar seraya kembali mendaratkan ciuman dibibirku.
*HEYNA POV END.”
27th May, at Kyuheyna Apartement PH Floor….
*KYUHYUN POV.*
“Ini aneh.” ucapku pelan seraya memeriksa mundur rekening koran yang dikirim ke emailku 8 bulan kebelakang. “Aneh, kenapa hanya ini?” ucapku kembali saat mendapati semua pengeluaran yang tertera pada rekening koran yang baru saja kuperiksa kurang lebih sama. Sekarang, hampir 9 bulan aku dan Heyna menikah. Sejak awal kami tinggal bersama, aku memberikan pada Heyna salah satu debit card yang kumiliki untuk ia gunakan memenuhi kebutuhan kami dan membayar semua tagihan yang ada. Setiap bulan secara rutin aku selalu mentransfer ke rekening tabunganku yang Heyna pegang debit card-nya tersebut, dengan jumlah yang lumayan besar. Karena tentu saja sebagai seorang suami yang bertanggung jawab aku harus memberikan nafkah yang sesuai dengan kebutuhan istriku. Dari sejak menikah aku sama sekali tidak pernah mengecek rekening koran dari rekening tabungan yang kuberikan pada Heyna. Karena aku yakin dan percaya, yeoja itu adalah tipe yang bertanggung jawab dan tidak suka menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Entah, karena penasaran aku membuka email dari bank tempatku menabung yang baru saja masuk hari ini. Dan aku terkejut, bukan karena anak labil itu memboroskan uang, justru karena kecilnya pengeluaran bulanan yang ia keluarkan. Bahkan direkening tersebut kini banyak tersisa uang yang jumlahnya besar.
“Aneh sekali, seharusnya pengeluarannya lebih dari ini.” ucapku kembali. Kutatap yeoja yang saat ini tengah memasukan Ipad kedalam ranselnya seraya bersenandung kecil. “Na-ya!” panggilku dari atas ranjang.
“Wae?” jawab Heyna singkat disela-sela kegiatannya memasukan buku-buku kuliah yang akan dibawanya pagi ini.
“Aku ingin bertanya sesuatu.” uacapku seraya berjalan menghampiri istriku dan duduk diatas kursi didepan meja rias. Merespon pertanyaanku, Heyna segera mendekat dan kini berdiri tepat dihadapanku.
“Waeyo?”
“Baru saja aku melihat rekening koran yang dikirimkan oleh bank ke emailku. Itu rekening tabungan yang debit cardnya kuberikan padamu.” infoku.
“Wae, apakah ada yang salah?”
Kusodorkan ponselku pada yeoja yang kini menerimanya dan mulai membaca informasi yang tertera pada layar ponselku.
“Tidak ada yang salah?”
“Itu salah, Nona labil.” balasku seraya mengambil kembali ponselku dari tangan Heyna yang kini tampak binggung.
“Apa yang salah? Aku mengeluarkan uang sesuai dengan kebutuhan.”
“Disitu hanya tertera pengeluaran untuk belanja bulanan, belanja bahan makanan setiap minggu, tagihan air, gas, listrik, keamanan, kebersihan dan transfer gaji untuk Han ahjumma setiap akhir bulan.” jawabku.
“Lantas, apa yang salah Tuan labil?”
“Banyak sekali.”
“Mwo? Apanya yang salah? Aku sama sekali tidak menghamburkan uang Kyuhyun-ah.”
“Katakan padaku, dimana pengeluaran untuk biaya kuliahmu, biaya sehari-harimu diluar rumah, dan setelah ku ingat lagi kau pernah ke Perancis dan Irlandia. Dimana biaya untuk pembelian tiket pesawat dan biaya apapun yang kau keluarkan saat disana? Dan tentu saja segala barang yang kau beli dan buku-buku kuliahmu yang sangat banyak itu dari semenjak kita menikah sampai saat ini.” beberku.
“Ah itu aku membayarnya dengan uangku sendiri. Kau membuatku takut saja, kufikir aku melakukan kesalahan.” jawab Heyna seraya kembali merapikan isi ranselnya.
Kutatap punggung Heyna yang kini membelakangiku. Kurasa ia sama sekali tidak sadar akan kesalahannya. Aku masih ingat betul ucapan ibu mertuaku tentang sifat dan kepribadian Heyna lebih dalam yang beberapa ada yang belum ku ketahui sebelum kami menikah. Salah satunya dimana ia terlalu mandiri, dan karena itu ia selalu berusaha menyelesaikan masalahnya seorang diri alih-alih mengandalkan orang lain. Bahkan jika itu adalah ibunya sendiri yang kata eommonim sering membuatnya sedih dan merasa manjadi ibu yang tidak berguna. Seperti segala kejadian saat kami masih pacaran, saat dia melakukan semuanya seorang diri. Menerima segala sakit dan kesusahannya seorang diri, berusaha melindungi orang-orang yang ia sayangi tanpa memperdulikan dirinya sendiri dan berlagak seoalah semuanya baik-baik saja. Hingga semuanya meledak dan mebuatnya terpuruk. Dan sekarang, setelah menjadi istriku. Ia masih berusaha untuk mengatasi masalahnya seorang diri alih-alih mengandalakanku sebagai suaminya. Aku tau pasti, jika apa yang ia lakukan saat ini bukan karena tidak menghargai keberadaanku. Tapi karena sifat mandirinya itu yang tidak ingin merepotkan orang lain. Tapi aku sekarang adalah suaminya. Sudah kewajibanku untuk menafkahinya dan menjadi seseorang yang bisa ia andalkan seumur hidupku. Dan dengan pemikirannya itu membuatku dapat merasakan apa yang eommonim rasakan dahulu saat menghadapi sosok mandiri Heyna. Dan entah mengapa hal itu sedikit melukai harga diriku. Kurasa aku harus memberinya pelajaran.
“Kau ingatkan jika sekarang kau sudah menjadi istri seseorang.” ucapku yang sontak membuat Heyn berbalik dan menatap heran padaku.
“Tentu saja, bukankan kita bersama saat ini?”
“Ne, kita memang bersama. Tapi itu hanya menurutmu, Nyonya Cho.”
“Apa maksudmu?” ucap Heyna yang kini mimik wajahnya berubah menjadi serius.
“Apakah seorang yeoja yang sudah menikah harus membiayai dirinya sendiri alih-alih mengandalkan suaminya?”
“Ya, kau masih mempermasalahkan hal itu. Dengar, aku tidak ada maksud apapun Kyuhyun-ah. Kau sudah mengeluarkan uang untuk kebutuhan kita sehari hari bahkan membayar gaji Han ahjumma. Tidak ada salahnya kan jika aku membayar biaya kuliahku dan hal-hal pribadiku. Aku tidak ingin terlalu membebanimu. Kau tidak perlu terlalu memikirkanya. Tenang, aku cukup memiliki tabungan untuk kebutuhanku dan aku juga mendapatkan keuntungan dari universitas & rumah sakit. Jadi kau tak perlu khawatir.”
“Kau masih belum paham ya?” balasku dingin. Entah mengapa aku mulai merasakan emosi timbul dalam diriku setelah mendengar jawaban Heyna.
“Ya, kau kenapa sih?”
“Aku tau kau memiliki cukup uang bahkan lebih. Tapi aku suamimu, kau adalah tanggung jawabku. Meskipun aku tau kau memiliki lebih dari yang kumiliki. Tapi, bisakah kau menghargai usaha dan niatku?” balasku.
“Ya, kenapa kau berkata seperti itu? Kubilang aku tidak ada maksud apapun Kyuhyun-ah. Aku tau kau adalah suami yang bertanggung jawab. Aku hanya ingin membantu saja. Bukankah kau bilang ingin membuka bisnis sendiri untuk masa depan kita. Apa yang kulakukan semata-mata hanya untuk membantumu saja. Dengan begitu kau bisa lebih cepat mengumpulkan uang dan membangun usahamu sendiri.”
“Aku masih mampu untuk membiayai hidup kita tanpa kau harus turun tangan. Apa yang akan orang lain fikirkan jika kau membiayai kebutuhanmu sendiri?”
“Kenapa kau mempermasalahkan pemikiran orang lain? Bukankah yang terpenting adalah kita berdua? Kau tidak usah..”
“Kau tau, sejak awal kita menikah aku telah berjanji kepada emmonim dan kakekmu untuk membahagiakanmu, memberikan semua yang kau butuhkan. Dan aku juga berjanji pada diriku sendiri akan hal tersebut. Aku juga menyetujui untuk tinggal di apartement mewah milik keluargamu ini karena alasan ketidaknyamananmu jika harus tinggal ditempat baru yang aku mampu untuk membelikannya. Tapi, apa yang kau lakukan? Diam-diam kau memutuskan semuanya seorang diri tanpa berdiskusi denganku? Kau membiayai dirimu sendiri disaat aku masih mampu melakukannya?” potongku
“Ara, aku tau Kyuhyun-ah. Aku bahagia, aku nyaman, dan kau benar-benar adalah suami yang bertanggung jawab bagiku. Kenapa kau membesar-besarkan masalah ini? Aku mengaku salah karena tidak mendiskusikannya denganmu terlebih dahulu. Tapi apakah hanya karena ini kau marah?” tanya Heyna yang kini tampak sangat frustasi dengan sikapku. Pada awalnya aku hanya ingin memberi pengertian padanya. Tapi, entah mengapa aku semakin merasakan emosi begitu mendengar pendapat-pendapatnya tersebut.
“Hanya karena ini? Jadi itukah yang kau fikirkan?” jawabku seraya berdiri dan meraih ransel milikku yang tergeletak diatas ranjang.
“Ya, Kyuhyun-ah. Kau itu kenapa? Apa yang…”
“Kau tau, kau telah melukai harga diriku.” ucapku dingin seraya melangkah keluar dari kamar dan meninggalkan Heyna yang tampak terkejut dengan kalimat yang baru saja kulontarkan.
*KYUHYUN POV END.*
29th at Kyuhyena Apartement PH Floor…
*AUTHOR POV*
Tampak seorang yeoja tengah duduk bersila seraya kembali menempelkan ponselnya ke daun telinganya. Meskipun ia sudah mengulangi panggilan itu sebanyak 3x, tapi sama sekali tidak diterima oleh seseorang yang ia ingin dengarkan suaranya tersebut. Sudah dua hari sejak ia bertengkar dengan Kyuhyun. Dan itu membuat perasaannya kacau. Baru kali ini kedua pasangan muda itu bertengkar. Selama ini mereka memang sering beradu mulut dan saling ejek. Namun itu hanyalah pertengkaran sepele seperti jika mereka tidak mau mengalah jika bermain game. Ataupun keributan yang terjadi karena aksi jahil mereka satu sama lain. Dan itu sama sekali akan berakhir dengan gelak tawa mereka pada akhirya. Namun, apa yang terjadi dua hari lalu sangatlah berbeda dari pertengkaran mereka biasanya.
“Kenapa ia sama sekali tidak mengangkatnya? Apakah dua hari merajuk belum cukup untuknya?” ucap Heyna pelan. Detik berikutnya ia segera mengerakkan jemarinya diatas layar I-Phone miliknya.
To: Cho Kyuhyun Pabo!
Kenapa kau tidak mengangkat panggilanku?
Apakah kau sibuk? Apakah kau baik-baik saja?
Kapan kau pulang dari Daegu?
Untuk beberapa menit Heyna tampak menunggu balasan pesan yang baru saja ia kirimkan pada suaminya yang sejak dua hari lalu berada di Daegu untuk syuting variety show.
“Dia membacanya tapi sama sekali tidak membalas. Apakah kau semarah itu?” tutur Heyna lirih. Dapat ia rasakan kedua pelupuk matanya mulai memanas.
“Ya, kenapa aku menangis hanya karena hal seperti ini. Ya, Cho Heyna ingat kau adalah yeoja kuat. Fikirkan apa yang harus kau lakukan daripada menangis, pabo.” lanjut Heyna seraya menghapus tetesan air mata dari kedua pipinya.
Ditatapnya potret namja yang tersenyum riang seraya memeluknya dari belakang pada layar ponselnya. Jujur, saat ini ia merasa sangat merindukan sosok namja tersebut. Dan merasa sedih karena ia mengabaikannya. Selama dua hari ini ia mencoba berfikir dan menempatkan dirinya pada posisi Kyuhyun. Dan ia sadar bahwa apa yang ia lakukan telah melukai harga diri suaminya tersebut. Namun, ia melakukannya tanpa ada maksud buruk. Ia hanya merasa terbiasa mandiri. Merasa selalu ingin mengatasi segala masalah yang ia hadapi seorang diri tanpa menyusahkan orang lain. Tapi satu hal yang ia lupa, jika ia sudah menikah. Sudah seharusnya ia mulai mengandalkan suaminya alih-alih melakukan dan menyelesaikan semuanya seorang diri. Seperti janji pernikahan mereka untuk sama-sama bersama dalam suka ataupun duka, sakit ataupun sehat, kaya ataupun miskin.
Sejak awal mereka menikah. Kyuhyun selalu menyanggupi apapun permintaanya termasuk untuk tinggal di apartement milik ibunya yang telah ia tinggali sejak remaja. Ia akan susah tidur dan gelisah jika tinggal ditempat baru jika sendirian. Sendangkan Kyuhyun sering bepergian keluar kota bahkan keluar negeri karena scedulenya sebagai seorang idol. Heyna sama sekali tidak menyangka jika sebenarnya hal tersebut membuat Kyuhyun merasa kecil. Ia tidak menyangka jika Kyuhyun memiliki kekhawatiran tentang bagaimana pendapat orang lain padanya karena tinggal di apartement mewah milik keluarga istrinya. Dan sekarang, ia merasa harga dirinya terluka karena sikap mandiri Heyna yang bahkan memilih untuk mebiayayai pengeluaran pribadinya sendiri.
“Cho Kyuhyun, pabo! Apakah kau harus marah sebesar ini? Kenapa kau berkata dengan nada dingin padaku? Kau tau, itu sangat menyakitkan.” rutuk Heyna seraya menatap sedih potret Kyuhyun. Setetes air mata kembali mengalir dikedua yeoja berparas cantik tersebut.
“Ya, kenapa aku jadi cengeng seperti ini,” ucap Heyna seraya kembali mengusap air matanya. Dalam benak yeoja tersebut kini merasa bahwa dirinya belum cukup dewasa untuk memahami makna sebuah pernikahan. Ia masih berprilaku seperti sebelum ia menjadi istri seseorang. Sudah menjadi sifatnya selalu mandiri dan menangani masalahnya seorang diri, mengingat bagaimana dahulu ia hidup. Pertengkaran ibu dan kakeknya, kerinduannya akan seorang ayah yang ia tidak bisa miliki, dan segala masalah lainnya yang menempanya menjadi pribadi yang mandiri. Dan hal itu sekarag menjadi kebiasaan baginya seperti layaknya bernafas. Ia tidak tau jika hal tersebut dapat memicu ketidak harmonisan dalam rumah tangga. Ia fikir hal itu tidak akan menjadi masalah mengingat ia memang ingin membantu Kyuhyun mewujudkan mimpinya untuk membangun bisnisnya sendiri. Ia berfikir, dengan mengurangi uang yang Kyuhyun keluarkan maka akan membuat suaminya dapat segera mewujudkan mimpinya. Tapi ternyata hal tersebut justru melukai harga dirinya.
Beberapa saat kemudian, Heyna kembali mengerakan jemarinya diatas layar ponselnya.
To : Cho Kyuhyun Pabo!
Kyuhyun-ah, mianhae…
Detik berikutnya, yeoja yang saat ini belajar ilmu kedokteran tersebut terhenyak dari pikiranya saat daun telinganya mendengar bel apartementnya berbunyi. Dengan segera ia melangkah dan menuju pintu masuk apartement.
“Ahra eonni! ucap Heyna saat mendapati sosok kakak iparnya berdiri didepan pintu.
“Apakah aku menganggu kalian?” ucap wanita bertubuh pendek tersebut seraya memeluk hangat adik iparnya.
“Ani, aku sendirian. Kyuhyun sedang syuting variety show di luar kota.” balas Heyna seraya menutup kembali pintu dan mempersilahkan kakak iparnya tersebut masuk.
“Ini, eomma tadi datang kerumah dan membawa banyak sekali lauk pauk pendamping dan mandu. Ia ingin aku membaginya untuk kalian berdua.” jelas Ahra seraya menyodorkan tumpukan kotak makan yang tersusun rapi didalam tas besar.
“Whoa, kenapa eommonim harus repot-repot. Pasti ini enak sekali.” balas Heyna seraya menyungingkan senyum sumringah. “Eonni-ya, kau mau minum apa? Apakah eonni sudah makan malam? Bagaimana dengan si kembar? Apakah tidak apa-apa meninggalkannya?” lanjut Heyna seraya melangkah menuju ruang makan dan di ikuti oleh Ahra.
“Mereka sedang bersama suamiku dan kedua orang tuanya. Kebetulan hari ini mertuaku juga berkunjung dan ingin menginap satu malam.” jawab Ahra seraya duduk disalah satu bangku didepan meja makan. “Apakah ada sesuatu yang menyegarkan?” lanjut Ahra.
“Tentu saja.” jawab Heyna seraya mengeluarkan botol berisi juice strawberry buatan Han Ahjumma hari ini dari dalam lemari es.
“Kau pasti sering kesepian karena kesibukan bocah itu.” ucap Ahra setelah meneguk juice.
“Ani, aku juga memiliki banyak kesibukan. Jadi tidak masalah bagiku. Hanya saja…” ucapan Heyna mendadak terhenti begitu mengingat pertengkarannya saat ini dengan Kyuhyun.
“Wae, apakah ada masalah?”
“Aniyo eonni. Kami baik-baik saja.”
“Tapi kenapa mendadak tadi kau terlihat sedih? Dan, maaf entah itu benar atau tidak, kulihat matamu agak merah. Apakah kau habis menangis?”
Heyna tampak terdiam menanggapi pertanyaan kakak iparnya tersebut. Biasanya, jika ada seseorang yang menanyakan bagaimana perasaannya ia pasti akan segera menjawab bahwa ia baik-baik saja dan segera menyungingkan senyum. Namun, saat ini entah mengapa ia tidak ingin melakukannya mengingat jika hal tersebut telah membuat orang yang ia cintai merasa tidak berguna. Dalam benak yeoja yang kini bermarga Cho tersebut terbersit keinginan untuk mencoba merubah sifatnya dan mau sedikit berbagi tentang kesusahannya dengan orang-orang terdekat.
“Waeyo, Na-ya? Apakah bocah itu menyakitimu? Katakan pada eonni, akan kuberi pelajaran sekarang jug…”
“Aniyo, eonni.” potong Heyna seraya mengumpulkan keberanian untuk membagi permasalahnya dengan kakak suaminya tersebut. “Kyuhyun tidak menyakitiku, justru aku.” lanjut Heyna seraya menundukan kepala saat dirasanya kedua pelupuk matanya kembali memanas.
“Wae, uljimma Na-ya.” ucap Ahra pelan seraya mengenggam kedua tangan Heyna. “Ceritakan pada eonni, mungkin eonni bisa membantumu menyelesaikan masalah.” lanjut Ahra seraya mengusap pelan kepala Heyna.
Dengan perlahan Heyna mulai menceritakan pertengkarannya dengan Kyuhyun, pemikirannya dan kerinduannya pada sosok suaminya yang kini mengabaikan telepon dan pesannya.
Setelah mendengar cerita dari adik iparnya tersebut. Tampak Ibu dari anak kembar itu menyungingkan senyum lembutnya seraya kembali memegang kedua telapak tangan adiknya untuk menyalurkan kehangatan.
“Na-ya, kau tidak salah. Bocah itupun tidak salah. Hanya kalian kurang mengkomunikasikan apa yang kalian inginkan.” ucap Ahra memulai penjelasanya. ” Kau tau, menikah berarti menyatukan dua pribadi yang beda. Bukan untuk saling bersaing, tapi untuk melangkapi kekurangan masing-masing. Kau dengan sifat mandirimu dan Kyuhyun dengan sifatnya yang manja dan suka merajuk. Kalian tumbuh dari dua keluarga yang berbeda. Dia dengan kasih sayang yang melimpah dariku, eomma, dan appa. Dan kau, dengan segala problematikamu dahulu. Tentu saja itu memberikan efek yang berbeda dalam cara berfikir kalian. Tapi, apakah hal tersebut harus menjadi batu dalam pernikahan kalian?” lanjut ahra yang direspon Heyna dengan mengelangkan kepalanya.
“Dalam pernikahan, jika kita hanya selalu mementingkan pandangan dan pemikiran masing-masing. Hal itu tentu saja akan selalu menimbulkan kesalahpahaman dan pertengkaran. Menikah, berarti kita belajar menekan ego masing-masing setiap saat, belajar membuka diri satu sama lain, selalu mengkomunikasikan tentang apa yang tidak dan kita inginkan. Saling berbagi baik kebahagian maupun kesedihan. Pernikahan, bukan tentang satu orang. Melainkan dua orang, untuk itu kita harus selalu menyadari keberadaan pasangan kita masing-masing dengan perhatian, penghargaan dan kasih sayang. Kita tidak bisa berbuat semau kita sendiri seperti saat kita belum menikah. Harus selalu ada komitmen yang mengikat kita, dengan begitu akan membuat kita berfikir dua kali sebelum melakukan sesuatu. Apakah sesuatu yang akan kita lakukan akan membuat pasangan kita bahagia ataupun sebaliknya.” ucap Ahra yang Heyna dengarkan dengan seksama.
“Eooni-ya, gomawo. Senang sekali rasanya setelah bisa berbagi denganmu.” tutur Heyna seraya menyunggingkan senyum. “Selama ini, aku cenderung menutup diriku dan melakukan apapun dengan kemampuanku sendiri. Tapi sekarang, aku sudah sepenuhnya sadar dengan statusku sebagai seorang istri seseorang. Aku akan belajar untuk menjadi lebih baik lagi.” lanjut Heyna.
“Finghting, Na-ya!”
“Ne, Finghting!”
Bersama dua wanita cantik tersebut tersenyum dan saling menguatkan.
18.37 at Daegu Palace Hotel 302 room...
Jauh bermil-mil dari kediaman Heyna, Kyuhyun tampak diam seraya menatap kembali layar ponselnya yang memperlihatkan dua pesan dari Heyna untuk kesekian kalinya.
From : Nae Heyna
Kenapa kau tidak mengangkat panggilanku?
Apakah kau sibuk? Apakah kau baik-baik saja?
Kapan kau pulang dari Daegu?
To : Nae Heyna
Kyuhyun-ah, mianhae…
Dalam benak namja yang kini berumur 26 tahun tersebut ingin sekali rasanya ia segera membalas pesan dari yeoja yang ia sanyangi tersebut. Tapi karena ego, ia kembali mengurungkan niatnya. Dalam fikirannya, ia ingin memberikan pelajaran bagi istrinya tersebut agak ia bisa menyadari kesalahannya. Meskipun ia tau betul jika Heyna sama sekali tidak memiliki maksud buruk. Hanya saja, ia merasa marah karena Heyna selalu melakukan apapun seorang diri alih-alih meminta bantuannya. Sebagai seorang suami, ingin agar istrinya mengandalkan dirinya. Sehingga ia bisa merasa berguna. Karena statusnya sebagai seorang idol papan atas Korea Selatan, ia tidak bisa melakukan hal bebas diluar dengan Heyna, bahkan hanya untuk sekedar jalan-jalan diluar mereka harus memakai penyamaran. Selain itu ia selalu bepergian keluar kota ataupun keluar negeri meninggalkan istrinya dirumah seorang diri. Jadi, jika ada hal yang ia bisa lakukan untuk membuat sang istri bahagia ataupun nyaman. Maka hal itu akan ia lakukan untuk membalas hal-hal yang tidak bisa ia berikan. Dan salah satu hal itu adalah dengan memberikan nafkah yang lebih dari cukup untuk istrinya. Tapi, ternyata sang istri tidak menerimanya dan malah mengeluarkan uang pribadinya sendiri untuk membiayai kebutuhanya. Jelas hal itu mebuatnya frustasi dan marah.
“Apa yang saat ini kau lakukan, Nona labil? Kau tau, sebenarnya aku sangat merindukanmu. Ingin rasanya aku merengkuh tubuhmu dan memeluknya dengan erat. Tapi, aku masih merasa marah karena perbuatanmu.” ucap Kyuhyun pelan seraya menatap foto cantik Heyna yang ia jadikan sebagai wallpaper di ponselnya.
Mendadak Kyuhyun terhenyak dari lamunannya saat benda persegi panjang dalam genggamanya bergetar.
Ahra noona calling…….
“Yobose..” belum lengkap Kyuhyun menyelesaikanya, wanita di ujung sambungan teleponnya tersebut segera memotong dan melontarkan ucapan sengit padanya.
“Yak, apa yang kau lakukan pada adik iparku tersayang, hah!”
“Apa maksudmu? Apakah Heyna bercerita padamu?”
“Ne, wae? Baru saja aku pulang dari apartement kalian.”
“Wae, kenapa kau kesana? Apakah terjadi sesuatu pada Heyna?” tanya Kyuhyun segera dengan nada khawatir. Meskipun ia marah, tetap saja ia sangat mencintai Heyna dan tidak ingin kehilangannya.
“Jika kau khawatir kenapa kau sama sekali tidak menerima panggilannya dan membalas pesannya? Kau lupa apa nasehat kakak sebelum kau menikahi anak orang, hah? Bisa-bisanya sifat merajukmu itu tidak kau ubah! Kau itu sudah bukan bocah Cho Kyuhyun, kau itu sudah berumur 26 tahun! Kau mau mati, ya!” jawab Ahra sengit.
“Kau kan sudah tau alasanya, katamu tadi anak labil itu sudah bercerita padamu. Coba noona ada diposisiku, pasti noona juga akan marah!” balas Kyuhyun tak kalah sengit.
“Ara, tapi kau ini namja yang berusia lebih tua dan tentunya diharapkan menjadi sosok yang lebih dewasa. Bukannya merajuk jika menemui pertengkaran.”
“Aku hanya ingin memberinya pelajaran saja!”
“Apakah pelajaran yang kau maksud dengan merajuk seperti ini? Mengabaikan istrimu yang menunggumu dengan sedih dirumah hingga menangis?”
“Mwo? Kau jangan membohongiku, noona! Mana mungkin ratu evil itu menangis hanya karena bertengkar denganku. Dia itu wanita yang kuat dan pantang menangis apalagi hanya karena pertengkaran.”
“Terserah padamu! Yang jelas kuberitahu padamu, jangan berusaha kabur dari permasalahan. Sebelum kau memberikan pengertian pada seseorang seharusnya kau memikirkan latar belakangnya dahulu! Bukan malah merajuk seperti anak kecil!”
“Apa maksudmu?”
“Kau itu bodoh ya! Kau tidak ingat Heyna tumbuh besar hanya dengan ibunya? Mana tau ia bagaimana kehidupan suami istri yang nyata. Dalam tumbuh kembangnya ia hanya melihat ibunya yang selalu berjuang sendiri untuk membesarkannya. Dengan barbagai problematika dalam keluarganya, ia sudah terbiasa menatap segala sesuatunya seorang diri tanpa ada saudara untuk berbagi. Ia tidak pernah melihat bagaimana kehidupan sebuah keluarga utuh dalam kesehariannya. Ia tidak pernah tau bagaimana pasangan saling mengkomunikasikan hal-hal dalam rumah tangganya. Bagaimana harus mengambil tindakan, bagaimana harus belajar mengandalkan pasangan, dan bagaimana menjaga dan memahami komitmen pernikahan. Tidak seperti kau yang hidup dalam keluarga harmonis dengan orang tua yang utuh. Kau tau bagaimana wujud sebuah pernikahan yang harmonis. Wujud bagaimana pasangan yang semestinya.” jelas Ahra yang membuat Kyuhyun tertohok.
Dalam benak magnae suju tersebut terbersit perasaan bersalah pada istrinya. Ucapan kakaknya barusan seperti air dingin yang diguyurkan pada kepalanya yang beberapa saat lalu masih memanas karena ego dan pemikiran tidak dewasanya. Ia tau betul bagaimana Heyna tumbuh dimasa kecil hingga masa remajanya. Ia juga tahu betul problematika yang ada dikeluarga nya sebelum akhirnya kakeknya tersadar akan kesalahannya. Seharusnya ia bisa mendidiknya dengan sabar, bukan malah marah dan mendiamkannya selama dua hari ini.
“Kau benar, noona. Bodoh sekali aku melupakan hal itu.”
“Hah, akhirnya kau sadar juga! Kasihan sekali adik perempuanku itu harus menangis karena kebodohanmu!”
“Apakah ia benar-benar menangis?”
“Kalau kau mau tau, kau lihat saja sendiri bagaimana merah dan bengkaknya mata istrimu! Cepat telepon dia dan segera minta maaf,atau aku akan menelepon eomma dan mengadukan sikap bodohmu ini!”
“Ne, arraseo!” balasku. Detik berikutnya aku segera mencari nama wanita yang kucintai tersebut dalam daftar kontakku dan segera meneleponnya.
“Kenapa tidak tersambung sama sekali? Apakah ponselnya mati?” ucap Kyuhyun seraya kembali melakukan panggilan. Namun untuk kedua kalinya pangilanmya tidak terhubung.
“Apakah tidak ada sinyal.” ucapnya seraya memeriksa koneksi pada ponselnya.
“Tidak ada masalah pada sinyal. Heyna tidak pernah mematikan ponselnya jika aku tidak dirumah meskipun sedang mengisi daya.” ucap Kyuhyun seraya kembali mencoba menghubungi sang istri. Namun nihil, panggilannya tetap tidak terhubung.
“Apakah jangan-jangan terjadi sesuatu? Ahra noona bilang ia menangis sampai kedua matanya bengkak? Apakah jangan-jangan ia pingsan karena terlalu banyak menangis hingga dehidrasi?” tutur Kyuhnyun yang kini mulai khawatir berlebihan.
“Andwae aku harus segera pulang!” seru Kyuhyun seraya berlari keluar kamar menuju kamar PD acara variety show yang saat ini tengah ia bintangi.
“Hyung, apakah benar-benar sudah tidak ada lagi syuting untuk besok?” tanya Kyuhyun pada sosok paruh baya yang tengah berdiri diambang pintu kamar hotel.
“Ne, besok pagi kita akan kembali ke seoul dengan pesawat pukul 7pagi, jadi sebaiknya kau tidur Kyuhyun-ah.
“Bisakah aku pulang sendiri malam ini?”
“Wae, apakah terjadi sesuatu?”
“Ne, ada sesuatu hal yang mendesak dan penting.”
“Ah, baiklah itu tidak masalah. Pulanglah terlebih dahulu dengan manajermu.
“Ne, kamsahamnida!” ucap Kyuhyun. Detik berikutnya ia segera melangkah ke kamar hotel lain tempat manejernya berada.
“Hyung, ayo kita kembali ke seoul malam ini juga.” tutur Kyuhyun segera setelah pintu kamar hotel didepannya terbuka dan menampakan sosok tinggi namja yang merupakan manajernya.
Setelah memberikan alasan yang masuk akal pada sang menejer, Kyuhyun segera kembali ke kamar hotelnya dan mulai mengepak barang bawaanya kedalam ransel.
“Na-ya, tunggu aku!”
21.13 KST At Kyuheyna Apartement PH Floor….
Kyuhyun segera melangkah keluar dengan cepat begitu pintu lift terbuka di lantai penthouse. Dengan perasaan was-was yang tidak pernah meninggalkan benaknya sejak 2 jam lalu ia segera menuju pintu apartement tempat ia tinggal dan istrinya. Beruntung baginya bisa mendapat penerbangan kembali ke seoul malam ini sebelum 15 menit pesawat yang tersedia akan lepas landas.
Jemarinya segera menekan rangkaian password dan menarik gagang pintu begitu kunci apartement tersebut terbuka. Dengan tergesa ia melepas sepatu dan mengantinya dengan sandal rumah berwarna hitam miliknya. Seraya melangkah, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan depan apartement yang tidak menunjukan sama sekali adanya kehidupan selain dirinya sendiri.
“Na-ya!” seru Kyuhyun sembari melangkah menuju kamar. Diputarnya knop pintu dihadapannya dan segera melangkah masuk. Namun nihil, sosok yang ia cari juga tidak terlihat dikamar. Diketuknya pintu kamar mandi berharap sang istri berada dalam ruangan tersebut. Merasa tidak mendapatkan jawaban, ia membuka pintu kamar mandi dan memeriksa kedalam ruangan.
“Dimana dia?” ucap Kyuhyun yang sekarang semakin panik. Dengan cepat ia segera mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan mulai mencari kontak orang-orang terdekat sang istri sembari berjalan keluar kamar menuju dapur.
Langkah namja berumur 26 tahun itu terhenti ketika mendengar isak tangis saat melintas didepan kamar gadis istrinya dahulu. Dengan cepat ia segera membuka pintu dihadapannya. Tampak sosok yang hampir membuatnya mati ketakutan jika harus kehilangannya tersebut tengah tidur meringkuk seraya memeluk erat boneka teddy bear berukaran besar hadiah dari sang suami sebelum mereka menikah.
Hela nafas lega terhembus dari kedua lubang namja tampan tersebut. Perlahan, Kyuhyun melangkah menghampiri sang istri. Ditatapnya wajah Heyna yang kini tampak sembab karena menangis. Detik berikutnya, ia mulai duduk disamping sang istri dan mengusap lembut puncak kepalanya. Merespon sentuhan sang suami, Heyna segera membuka matanya dan menatap terkejut sosok yang kini tiba-tiba duduk disampingnya.
“Kyu..kau sudah pulang.” ucap Heyna seraya bangun dari posisi tidurnya dan duduk.
“Apakah kau menangis dari tadi?” tanya Kyuhyun pelan sembari mengusap lembut kedua pipi Heyna. Ia tidak pernah menyangka jika Heyna akan menangisinya seperti ini mengingat sifat sang istri yang sangat mandiri dan kuat tersebut sampai ia melihat sendiri sosok Heyna yang tampak kacau.
“Aku merasa bersalah padamu.” ucap Heyna seraya menundukan kepalanya. “Kau tau, aku sama sekali tidak memiliki niatan apapun, aku hanya ingin membantumu agar dapat segera mewujudkan mimpimu membangun bisnis sendiri. Dan sekarang aku sadar jika itu adalah hal salah karena tidak mengkomunikasikannya terlebih dahulu denganmu. Harusnya aku bersikap lebih terbuka padamu. Sesaat, aku lupa jika menikah berarti aku harus menghormati komitmen dan janji pernikahan yang kita buat. Tidak seharusnya aku memutuskan segalanya seorang diri tanpa memberitahumu. Tapi, kau tahu aku sama sekali tidak ada niat untuk melukai harga dirimu. Mana mungkin aku melukai seseorang yang sangat penting bagiku. Tapi, kau..” lanjut Heyna yang kini terhenti Kedua bulir air mata tampak mengalir pelan dari kedua bola matanya.
“Na-ya, ulljimma.” ucap Kyuhyun seraya kembali mengusap lembut kedua pipi Heyna.
“Tapi, kau pergi begitu saja dan membuatku takut. Kau tau, nada dingin yang kau berikan padaku sebelum pergi itu sangat menakutkan dan menyakitkan. Aku lebih suka kau memarahiku ataupun memperolokku seperti biasanya. Bukan nada dingin seperti kemarin.” lirih Heyna yang kini membuatnya terisak kembali.
“Hshshsshshshs….ulljima Na-ya, mianhae. Aku yang salah.” balas Kyuhyun seraya menarik tubuh Heyna kedalam dekapannya. Saat ini, Kyuhyun merasa sadar tentang ketidakdewasaanya. Ternyata, ia pun masih harus belajar untuk menjadi suami yang baik. Ia merasa sangat bersalah karena telah membuat seseorang yang ia cintai menangis karena ulah tidak dewasanya. Ia tidak pernah menyangka jika Heyna akan menangisinya seperti.
“Uljimma, Na-ya. Mianhae, ternyata aku juga belum sepenuhnya memahami makna pernikahan. Tidak seharusnya aku meninggalkanmu dan mengabaikanmu. Sampai-sampai membuat dirimu menangis karena ulah bodohku. Seharusnya aku memandang semuanya dari dua sudut pandang yang berbeda. Bukan dari sudut pandangku seorang. Maafkan aku karena sudah tidak dewasa.”
“Ani, kau tidak salah. Aku yang seenaknya memutuskan seorang diri.”
“Ani, kau tidak sepenuhnya salah Na-ya. Kau tau, Ahra noona tadi mendapratku habis-habisan lewat telepon.”
“Eonni?”
“Ne, tapi justru hal itu membuatku menyadari akan kesalahanku. Kau tau, aku melupakan satu hal penting. Aku lupa bagaimana kehidupan istriku sebelumnya. Kau hidup dengan keluarga yang tidak utuh ditambah segala problematika dalam keluargamu. Kau tidak pernah menyaksikan secara langsung kehidupan pernikahan. Bagaimana pasangan yang sudah menikah sebenarnya. Bagaimana mereka saling mengkomunikasikan sesuatu untuk mencapai keharmonisan. Kau tidak pernah melihat itu. Saat itu yang kau tahu adalah sosok orang tua tunggal yang berjuang sekuat tenaga untuk membahagiakan orang tersayangnya. Sosok yang melakukan apapun seorang diri dan sangat kuat lewat eommonim. Dan itu terpatri jelas dalam fikiranmu dan membuatmu mencontoh sosok pahlawan dalam hidupmu tersebut.” jelas Kyuhyun seraya mengusap lembut punggung Heyna yang kini masih dalam dekapan hangatnya.
“Seharusnya, aku membimbingmu alih-alih mninggalkanmu dan mengabaikanmu. Karena itu, apakah kau mau memaafkan suamimu yang ini?” lanjut Kyuhyun seraya menegakkan tubuh Heyna. “Na-ya, mianhae. Aku berjanji mulai sekarang akan menjadi suami yang lebih baik dan lebih dewasa lagi. Aku akan selalu berusaha membahagiakanmu dan menjadi tempat teraman bagimu.” lanjut Kyuhyun.
“Ne, tapi kumohon jangan pernah melontarkan nada dingin lagi padaku. Kau tau, aku benar-benar takut. Kau seperti bukan Cho Kyuhyun yang ku kenal. Aku tidak suka itu, aku tidak ingin kehilangan Cho Kyuhyunku yang hangat.” jawab Heyna.
Merespon ungkapan sang istri, Kyuhyun segera meraih jemari Heyna dan mengenggamnya. “Ne, aku berjanji. Kedepan, jika kita menemui kondisi serupa, aku akan berusaha menjadi sosok yang lebih dewasa lagi, sehingga tidak menyakiti istriku yang cantik ini.” ucap Kyuhyun seraya tersenyum lembut.
“Tapi, kau juga harus berjanji padaku Na-ya. Jangan mengunakan uang pribadimu. Sekarang kau adalah istriku. Dan sudah menjadi kewajibanku untuk memenuhi semua kebutuhanmu. Kau harus mempercayai suamimu ini. Aku masih mampu untuk memberikan segalanya bagimu. Sekalipun jika aku jatuh miskin, aku akan selalu bekerja keras dan tidak akan membiarkanmu hidup susah.”
“Ani, kau tidak boleh seperti itu. Jika sampai kau jatuh miskin, ingat kau masih memiliku. Ijinkan aku membantumu jika saat itu terjadi. Bukankan menikah berarti saling memberi dan menerima. Menikah berarti kita berkerjasama untuk mencapai satu tujuan yang sama. Jadi, kau tidak boleh menanggung kesulitan seorang diri. Kau harus berjanji padaku untuk menerima bantuanku jika suatu saat hal itu terjadi. Ne?” timpal Heyna seraya menatap serius sosok namja dihadapannya.
“Baiklah, hanya jika aku tidak mampu lagi. Selama aku mampu, maka aku akan selalu menjadi pihak yang memberi, dan kau sebagai pihak yang menerima. Aratchi?”
“Ne, arraseo!” balas Heyna.
Berdua, pasangan muda tersebut menyunggingkan senyum dan kembali membagi pelukan mereka satu sama lain.
“Ah,benar. Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi?” tutur Kyuhyun teringat hal yang beberapa saat lalu membuatnya khawatir.
“Ponselku? Tidak kok.” jawab Heyna seraya melangkah dan mengambil IPhone miliknya dari meja belajar. “Ah, ternyata mati karena kehabisan batere!” lanjut Heyna seraya terkekeh.
“Ya, kau itu bodoh ya! Walaupun kau terlalu merindukan suamimu yang tampan ini hingga menangis, kau harus tetap mengecek sesekali ponselmu! Kau tau, aku hampir mati ketakutan karena tidak bisa menghubungimu dan langsung meminta ijin pulang lebih dulu pada Pd-nim!” ucap Kyuhyun seraya melangkah turun dari ranjang. “Dan sampai rumah, kau tidak ada dikamar kita! Hampir saja aku menelepon eommonim! Lagian kenapa sih kau kemari alih-alih ke kamar kita.” lanjut Kyuhyun seraya menoel kepala yeoja dihadapanya yang kini menatap kesal padanya.
“Itukan salahmu! Karena ulahmu aku jadi melupakan semuanya. Dan aku kemari karena ingin memeluk tuan beruang besar alih-alih orang yang memberikannya!” balas Heyna seraya berganti menoel kepala Kyuhyun.
“Wah, kau itu ternyata sangat menyukaiku ya. Sampai-sampai kau melupakan segalanya karena merindukanku.” ucap Kyuhyun seraya meyilangkan kedua lengannya didepan dada dan menyunggingkan senyum puasnya.
“Tentu saja aku sangat menyukai suamiku. Dia kan namja yang ditakdirkan untukku.” jawab Heyna yang seketika membuat Kyuhyun keheranan.
“Ya, apakah kau benar Lee Heyna?”
“Ani, kau lupa sekarang aku sudah menjadi Cho Heyna! Apa kau lupa sudah menikahiku, Tuan labil!”
“Wah, sejak kapan Cho Heyna yang memiliki gengsi setinggi langit sekarang secara gamblang mendeklarasikan bahwa ia sangat menyukai Cho Kyuhyun.”
“Kau tau, itu karena sekarang aku sedang menjadi Heyna yang manja.”
“Mwo? Whoa, jadi beginilah sosok Heyna yang manja?” tanya Kyuhyun seraya terkekeh. Namun, tak urung hal itu membuatnya sangat senang karena bisa mendengar deklarasi cinta dari sang istri.
“Ne, terkadang aku juga ingin menjadi sosok Heyna yang manja.” jawab Heyna seraya memasang wajah polosnya.
“Whoa, kau tau. Aku sangat menyukai Heyna yang manja ini.”
“Jeangmalyo? Kalo begitu peluk aku!” pinta Heyna dengan nada manja yang sukses membuat namja dihadapannya kegirangan
“Dengan senang hati, Nona Labil!” ucap Kyuhyun seraya merengkuh tubuh Heyna kedalam dekapannya.”
“Hangat sekali. Saranghae, nae husband.”
“Whoa, kau tau jika kau terus menerus mendeklarasikan rasa cintamu padaku aku jadi merindukan sosok Heyna yang seksi.” bisik Kyuhyun yang sukses membuat yeoja dalam pelukannya melepaskan diri.
“Andwae, dikamar ini hanya boleh ada Heyna yang manja. Jangan menodai kesucian kamar gadisku, Tuan labil!”
“Mwo? Menodai kesucian kamar gadismu? Dasar aneh!”
“Sesukaku!”
“Jadi, kalo dikamar lain kau bisa menjadi Heyna yang seksi?” ucap Kyuhyun dengan nada seduktif seraya melangkah mendekati Heyna.
“Hanya jika kau bisa menangkapku, Tuan labil!” seru Heyna dan segera berlari keluar kamar.
“YAK, JANGAN KABUR CHO HEYNA!” teriak Kyuhyun seraya berlari mengikuti jejak sang istri.
Gelak tawa terdengar kembali memenuhi apartement yang sempat tampak sunyi tersebut. Berdua, pasangan muda tersebut melewatkan malam dengan semakin memahami sosok mereka masing-masing, belajar hal baru tentang arti kedewasaan, saling berusaha menjaga dan mewujudkan komitmen serta janji suci pernikahan yang mereka ikrarkan. Menikah bukan berarti kau melakukan segalanya seorang diri. Menikah adalah dimana dua insan akan selalu berjalan berdampingan dan bergandengan. saling memberi dan menerima kasih sayang. Dan akan selalu menjadi rumah bagi masing-masing untuk kembali.
*END*
Thankyou for reading, and see you at Kyuheyna scene 9 ^_^
Â